Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Iman (Kepercayaan) terdiri dari lebih dari enam puluh cabang (yaitu bagian). Dan Haya (Istilah "Haya" ini mencakup sejumlah besar konsep yang harus disatukan; di antaranya adalah harga diri, kesopanan, rasa malu, dan keraguan, dll.) adalah bagian dari iman."
Hadis Cabang-Cabang Iman
Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari (9) menetapkan sifat komprehensif iman, mengungkapkannya sebagai realitas multifaset yang terdiri dari lebih dari enam puluh cabang berbeda. Nabi Muhammad (ﷺ) tidak hanya mendefinisikan iman sebagai entitas tunggal tetapi menerangi cakupannya yang luas, mencakup keyakinan hati, ucapan lisan, dan tindakan anggota badan.
Sifat Enam Puluh Cabang
Para ulama menjelaskan bahwa cabang-cabang ini berkisar dari fondasi tertinggi—seperti keyakinan kepada Allah dan Rasul-Nya—hingga aspek karakter dan perilaku yang paling halus. Mereka termasuk rukun Islam, penghindaran dari hal-hal yang dilarang, pemenuhan kewajiban, dan keunggulan dalam berinteraksi dengan ciptaan.
Angka "enam puluh" dipahami oleh para ulama untuk menunjukkan kelimpahan dan kelengkapan daripada batasan numerik yang ketat, menunjukkan bahwa iman sejati meresap ke setiap aspek keberadaan seorang mukmin.
Pusat Haya
Nabi (ﷺ) secara khusus menyoroti "Haya" sebagai cabang integral iman, menunjukkan pentingnya yang utama. Haya adalah kualitas bawaan yang mencegah seseorang melakukan tindakan memalukan dan mendorong mereka menuju perilaku yang baik.
Haya sejati berasal dari pengakuan akan kewaspadaan Allah yang konstan, menciptakan penghalang spiritual terhadap dosa. Seperti yang dinyatakan oleh seorang ulama klasik: "Haya adalah buah dari mengenal Allah, karena siapa pun yang mengenal Tuhannya menjadi malu di hadapan-Nya."
Implikasi Praktis
Ajaran ini menekankan bahwa iman bukan hanya keyakinan abstrak tetapi terwujud melalui tindakan nyata dan karakter moral. Seorang mukmin harus mengembangkan semua cabang iman, dari yang mendasar hingga yang halus, menyadari bahwa mengabaikan cabang apa pun merupakan kekurangan dalam imannya.
Penyebutan khusus Haya berfungsi sebagai titik awal praktis, karena ketika kualitas ini kokoh tertanam di hati, secara alami mengarah pada pelestarian semua cabang iman lainnya melalui kepatuhan yang sadar terhadap perintah ilahi.