Suatu ketika Nabi (ﷺ) datang ketika seorang wanita sedang duduk bersamaku. Dia berkata, "Siapa dia?" Aku menjawab, “Dia fulan,” dan menceritakan kepadanya tentang shalatnya (yang berlebihan). Beliau berkata dengan nada tidak setuju, “Lakukanlah amal (kebaikan) sesuai kemampuanmu (tanpa membebani) karena Allah tidak bosan-bosannya (memberi pahala) namun (pastinya) kamu akan lelah dan amalan (Ibadah) yang terbaik di dunia.” di sisi Allah adalah apa yang dilakukan secara rutin.”
Teks & Konteks Hadis
Diriwayatkan oleh 'Aisyah: Suatu kali Nabi (ﷺ) datang saat seorang wanita sedang duduk bersamaku. Beliau berkata, "Siapa dia?" Aku menjawab, "Dia adalah si anu," dan menceritakan kepadanya tentang (berlebihan) shalatnya. Beliau berkata dengan tidak setuju, "Lakukanlah (amal) kebaikan yang sesuai dengan kemampuanmu (tanpa berlebihan) karena Allah tidak lelah (memberi pahala) tetapi (pasti) kamu akan lelah dan amal terbaik (tindakan ibadah) di mata Allah adalah yang dilakukan secara teratur." (Sahih al-Bukhari 43)
Larangan Ekstremisme
Ketidaksetujuan Nabi terhadap ibadah berlebihan wanita itu menunjukkan pendekatan seimbang Islam. Ekstremisme agama (ghuluww) dilarang, bahkan dalam tindakan ibadah. Syariah bertujuan melindungi orang beriman dari bahaya diri dan kelelahan spiritual yang menyebabkan ditinggalkannya ibadah sama sekali.
Kemurahan Ilahi vs Keterbatasan Manusia
Sistem pahala Allah tak terbatas - "Allah tidak lelah" memberi berkah. Namun, kapasitas manusia terbatas - "kamu akan lelah." Kontras ini mengajarkan kita untuk beribadah sesuai dengan kapasitas berkelanjutan kita daripada mencoba prestasi heroik yang tidak dapat kita pertahankan.
Keunggulan Konsistensi
"Amal terbaik di mata Allah adalah yang dilakukan secara teratur" (awwamuha). Para ulama menjelaskan bahwa tindakan kecil yang konsisten (seperti dua rakaat setiap hari) lebih unggul daripada ibadah yang berlebihan tetapi sporadis. Konsistensi menunjukkan ketulusan, disiplin, dan cinta sejati kepada Allah yang melampaui naik turunnya emosi.
Implementasi Praktis
Hadis ini menetapkan jalan tengah dalam ibadah: hindari kelalaian tanpa jatuh ke dalam berlebihan. Orang beriman harus menetapkan rutinitas ibadah yang moderat dan berkelanjutan yang dapat dipertahankan sepanjang berbagai keadaan hidup, penyakit, dan usia tua - sehingga mati dalam ketaatan yang terus-menerus.