Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Barangsiapa berkata: "Tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan di dalam hatinya memiliki kebaikan (iman) yang sama dengan berat sebiji gandum, akan dibawa keluar dari neraka. Dan barangsiapa berkata: "Tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan di dalam hatinya yang baik (iman) sama dengan berat sebiji gandum, maka akan dibawa keluar dari neraka. Dan barangsiapa berkata: "Tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan di dalam hatinya yang baik (iman) sama dengan berat atom, maka akan dibawa keluar dari neraka."
Hadits Butir Jelai
Riwayat ini dari Sahih al-Bukhari (44) dalam Kitab Iman menetapkan rahmat Allah yang mendalam terhadap mereka yang memiliki iman sejati sekecil apa pun. Nabi Muhammad (ﷺ) menggunakan skala bobot yang menurun—dari butir jelai ke butir gandum ke atom—untuk menggambarkan bahwa tidak ada jumlah kepercayaan monoteistik sejati, betapapun kecilnya, yang akan dibiarkan tanpa imbalan atau ditinggalkan dalam Neraka.
Komentar Ulama tentang Timbangan Iman
Para ulama klasik menjelaskan bahwa "iman yang baik" yang disebutkan di sini merujuk pada kepercayaan tulus (iman) di dalam hati, disertai dengan pengakuan Syahadat. Bobot yang bervariasi tidak menunjukkan tingkat keselamatan yang berbeda, melainkan menekankan bahwa iman sejati apa pun, bahkan jika minimal dan disertai dosa besar, pada akhirnya akan memastikan pembebasan dari hukuman abadi.
Imam Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari berkomentar bahwa hadits ini menunjukkan kemurahan hati Allah yang luar biasa, di mana sebab iman yang paling kecil pun menjadi cukup untuk keselamatan dari tempat tinggal permanen di Neraka. Berbagai ukuran ini berfungsi untuk mendorong harapan akan rahmat Allah dan mencegah keputusasaan di antara orang-orang beriman.
Implikasi Teologis
Ajaran ini pada dasarnya menentang klaim eksklusivitas agama atau elitisme spiritual. Ini menegaskan bahwa keselamatan pada akhirnya adalah melalui rahmat ilahi yang merespons iman sejati, bukan melalui kuantitas perbuatan seseorang. Namun, para ulama memperingatkan bahwa ini tidak mengizinkan kecerobohan, karena kualitas dan kesempurnaan iman seseorang secara langsung mempengaruhi kedudukan mereka di Surga dan potensi hukuman sementara di Neraka bagi orang beriman yang berdosa.
Hadits ini juga secara implisit memperingatkan terhadap pembatal iman, karena pelestarian iman seberat atom pun memerlukan penghindaran syirik dan kufr besar. Para ulama Ahl al-Sunnah sepakat bahwa janji ini berlaku khusus untuk monoteis yang meninggal dalam Islam, bukan untuk mereka yang meninggal dalam kekafiran.