Suatu hari ketika Nabi (صلى الله عليه وسلم) sedang duduk di antara beberapa orang, (malaikat) Gabriel datang dan bertanya, "Apa itu iman?" Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) menjawab, 'Iman adalah beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, (pertemuan) dengan-Nya, para rasul-Nya, dan beriman kepada Kebangkitan." Kemudian dia lebih lanjut bertanya, "Apa itu Islam?" Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) menjawab, "Menyembah Allah saja dan tidak ada yang lain, berdoa dengan sempurna untuk membayar sedekah wajib (Zakat) dan berpuasa selama bulan Ramadhan." Kemudian dia bertanya lebih lanjut, "Apa itu Ihsan (kesempurnaan)?" Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) menjawab, "Menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak dapat mencapai keadaan pengabdian ini maka kamu harus mempertimbangkan bahwa Dia sedang memandang kamu." Kemudian dia bertanya lebih lanjut, "Kapan waktu itu akan ditetapkan?" Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) menjawab, "Pemberi jawaban tidak memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada penanya. Tetapi saya akan memberi tahu Anda tentang pertanda-tandanya.
1. Ketika seorang budak (wanita) melahirkan tuannya.
2. Ketika gembala unta hitam mulai membual dan bersaing dengan orang lain dalam pembangunan gedung yang lebih tinggi. Dan hari itu adalah salah satu dari lima hal yang tidak diketahui oleh siapa pun kecuali Allah.
Nabi (صلى الله عليه وسلم) kemudian membaca: "Sesungguhnya bagi Allah (Sendiri) adalah pengetahuan tentang Jam--." (31. 34) Kemudian orang itu (Jibril) pergi dan Nabi (صلى الله عليه وسلم) meminta teman-temannya untuk memanggilnya kembali, tetapi mereka tidak dapat melihatnya. Kemudian Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Itu adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan agama mereka kepada orang-orang." Abu 'Abdullah berkata: Dia (Nabi) menganggap semua itu sebagai bagian dari iman.
Hadis Jibril: Fondasi Kepercayaan Islam
Narasi mendalam ini dari Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (50) berfungsi sebagai ringkasan komprehensif dari akidah, ibadah, dan spiritualitas Islam. Kemunculan Malaikat Jibril dalam wujud manusia untuk bertanya kepada Rasulullah ﷺ menunjukkan pentingnya prinsip-prinsip mendasar ini dalam agama.
Komentar tentang Imān (Iman)
Definisi Nabi ﷺ mencakup enam rukun iman: percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, dan takdir ilahi. "Pertemuan dengan-Nya" merujuk pada kepercayaan akan Akhirat dan bertemu Allah di kehidupan setelah mati.
Para ulama menjelaskan bahwa iman sejati memerlukan pengakuan oleh hati, ucapan oleh lidah, dan tindakan oleh anggota tubuh. Iman meningkat melalui ketaatan dan menurun melalui ketidaktaatan, namun tetap berbeda dari Islam semata dalam sifatnya yang komprehensif.
Komentar tentang Islām (Penyerahan Diri)
Lima rukun yang disebutkan merupakan manifestasi lahiriah dari iman. Penyembahan kepada Allah saja menegakkan tawḥīd (monoteisme), sementara shalat, zakat, dan puasa mewakili penyerahan diri praktis. Para ulama mencatat bahwa tindakan-tindakan ini masing-masing menyucikan jiwa, harta, dan tubuh.
Perbedaan antara Islam dan Iman dalam narasi ini menunjukkan bahwa meskipun Islam mungkin merujuk pada penyerahan lahiriah, iman sejati memerlukan keyakinan batin bersama dengan praktik eksternal.
Komentar tentang Iḥsān (Keunggulan Spiritual)
Iḥsān mewakili tingkat pencapaian spiritual tertinggi - menyembah Allah dengan kehadiran hati seolah-olah melihat-Nya secara langsung. Para ulama menggambarkan ini sebagai "mushāhadah" (penyaksian spiritual). Tingkat sekunder - menyembah sambil mengetahui Allah melihat Anda - menumbuhkan kesadaran akan Tuhan yang konstan (murāqabah).
Keadaan ini mengubah ibadah biasa menjadi pengalaman spiritual yang mendalam, di mana penyembah menjadi sepenuhnya sadar akan Kehadiran Ilahi dalam setiap momen.
Komentar tentang Tanda-Tanda Hari Kiamat
Dua tanda kecil yang disebutkan menunjukkan gejolak sosial yang mendalam: "Ketika seorang budak melahirkan tuannya" merujuk pada anak-anak yang tidak menghormati orang tua atau kerusakan moral yang meluas. "Para gembala bersaing dalam membangun" menandakan kekayaan mendadak dan kesombongan di antara orang-orang sederhana.
Pengakuan Nabi ﷺ bahwa hanya Allah yang mengetahui waktu pasti Hari Kiamat memperkuat prinsip Islam bahwa pengetahuan tertentu hanya milik Allah, melindungi komunitas dari klaim kenabian palsu.
Signifikansi Keilmuan
Hadis ini secara komprehensif menguraikan tiga dimensi agama: doktrin (Imān), praktik (Islām), dan spiritualitas (Iḥsān). Ulama klasik menganggapnya sebagai teks fondasional untuk memahami teologi Islam, yurisprudensi, dan perkembangan spiritual.
Struktur narasi menunjukkan sifat perkembangan agama yang progresif, bergerak dari keyakinan yang benar ke ibadah yang tepat ke keunggulan spiritual, memberikan Muslim peta jalan lengkap untuk perjalanan agama mereka.