حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ، قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ، عَنْ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ، وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan 'Umar bin Al-Khattab

Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Imbalan perbuatan tergantung pada niat dan setiap orang akan mendapatkan pahala sesuai dengan apa yang dimaksudkannya. Maka barangsiapa berhijrah untuk Allah dan Rasul-Nya, maka penghijrahannya adalah untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa pun yang beremigrasi untuk keuntungan duniawi atau untuk dinikahi seorang wanita, emigrasinya adalah untuk apa dia beremigrasi."

Comment

Hadis Niat

Sahih al-Bukhari 54 - Kitab Iman

Analisis Teks

Hadis ini menetapkan prinsip dasar bahwa keabsahan dan pahala semua tindakan bergantung pada ketulusan niat (niyyah). Nabi ﷺ membedakan antara mereka yang melakukan perbuatan untuk ridha Allah dan mereka yang mencari keuntungan duniawi.

Hijrah yang disebutkan berfungsi sebagai contoh yang kuat, menggambarkan bagaimana tindakan lahir yang identik menghasilkan hasil spiritual yang berbeda berdasarkan motif yang mendasarinya.

Komentar Ulama

Imam al-Nawawi menyatakan bahwa hadis ini mencakup sepertiga Islam, karena tindakan melibatkan hati, lidah, dan anggota badan - dan niat mengatur ketiganya. Orientasi hati menentukan nilai spiritual dari perbuatan.

Ibn Rajab al-Hanbali menjelaskan bahwa niat mengubah kebiasaan biasa menjadi ibadah ketika diarahkan kepada Allah. Demikian pula, niat dapat menurunkan tindakan agama menjadi pencarian duniawi ketika niatnya rusak.

Al-Qurtubi menekankan bahwa niat mendahului tindakan sebagaimana jiwa mendahului tubuh. Tanpa niat yang benar, perbuatan seperti tubuh tanpa jiwa - hadir secara lahiriah tetapi mati secara spiritual.

Implikasi Praktis

Muslim harus memurnikan niat mereka sebelum setiap ibadah dan aktivitas duniawi yang diizinkan. Mencari ridha Allah harus menjadi tujuan utama.

Ulama mencatat bahwa memperbarui niat disarankan untuk ibadah yang panjang, dan memperbaiki niat diperlukan ketika gangguan terjadi selama ibadah.

Ajaran ini melindungi dari kemunafikan (riya') dan memastikan kemajuan spiritual melalui hubungan sadar dengan Yang Ilahi dalam semua aspek kehidupan.