حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ حَدَّثَنِي قَيْسُ بْنُ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ بَايَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَلَى إِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالنُّصْحِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Ziyad bin'Ilaqa

Saya mendengar Jarir bin 'Abdullah (Memuji Allah). Pada hari ketika Al-Mughira bin Shu'ba wafat, dia (Jarir) bangkit (di mimbar) dan bersyukur dan memuji Allah dan berkata, "Takutlah kepada Allah saja yang tidak memiliki apa-apa bersama-sama dengan Dia untuk disembah. (Kamu harus) tenang dan tenang sampai kepala (baru) datang kepadamu dan dia akan segera datang kepadamu. Mintalah ampunan Allah untuk kepala (almarhum) Anda karena dia sendiri suka mengampuni orang lain." Jarir menambahkan, "Amma badu (sekarang), saya pergi kepada Nabi dan berkata, 'Saya memberikan sumpah setia saya kepada Anda untuk Islam.' Nabi (صلى الله عليه وسلم) mengkondisikan (ikrar saya) agar saya tulus dan jujur kepada setiap Muslim, jadi saya memberikan janji saya kepadanya untuk ini. Demi Tuhan masjid ini! Saya tulus dan jujur kepada Anda (Muslim). Kemudian Jarir meminta ampun Allah dan turun (dari mimbar).

Comment

Komentar Hadis: Etika Transisi Kepemimpinan

Narasi ini dari Sahih al-Bukhari (Hadis 58) menunjukkan kebijaksanaan mendalam mengenai transisi politik. Ketika Al-Mughira bin Shu'ba meninggal, Jarir bin Abdullah berbicara kepada komunitas dengan kepemimpinan yang luar biasa, menasihati ketenangan dan kesabaran hingga pengangkatan pemimpin baru.

Analisis Ilmiah tentang Sumpah Setia (Bay'ah)

Nabi Muhammad (ﷺ) mensyaratkan sumpah setia Jarir atas ketulusan dan kejujuran terhadap setiap Muslim. Ini menetapkan bahwa pemerintahan Islam pada dasarnya didasarkan pada hak dan tanggung jawab timbal balik antara penguasa dan yang diperintah.

Ulama klasik menekankan bahwa syarat ini mengubah kesetiaan politik dari sekadar formalitas menjadi amanah suci di hadapan Allah. Komitmen penguasa terhadap kesejahteraan semua Muslim menjadi komponen penting dalam kepemimpinan Islam.

Aplikasi Praktis dalam Pemerintahan Islam

Perilaku Jarir memberikan model bagi komunitas Muslim selama kekosongan kepemimpinan: menjaga ketertiban, menghindari kekacauan, dan mempercayai proses suksesi yang sah.

Pembaruan publik sumpah aslinya di depan komunitas berfungsi sebagai pengingat kuat bahwa tanggung jawab kepemimpinan tetap mengikat terlepas dari perubahan keadaan.

Dimensi Spiritual dari Perilaku Politik

Narasi ini dengan indah menyatukan bimbingan politik dengan nasihat spiritual. Jarir memulai dan mengakhiri dengan mengingat Allah, memohon ampunan untuk pemimpin yang telah meninggal, dan mendasarkan otoritasnya pada kesadaran ilahi (taqwa).

Integrasi urusan duniawi dengan kesadaran spiritual ini mencerminkan sifat komprehensif ajaran Islam, di mana kepemimpinan politik pada akhirnya adalah tindakan ibadah ketika dilakukan sesuai dengan bimbingan kenabian.