Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Tidak seorang pun di antara kamu akan beriman sampai dia menginginkan apa yang dia sukai untuk saudaranya (Muslim) untuk dirinya sendiri."
Hadis Persaudaraan
Nabi Muhammad (ﷺ) bersabda: "Tidak seorang pun di antara kamu akan beriman hingga dia menginginkan untuk saudaranya (Muslim) apa yang dia sukai untuk dirinya sendiri." (Sahih al-Bukhari 13)
Komentar tentang Teks
Hadis yang mendalam ini menetapkan aturan emas etika Islam dan berfungsi sebagai kriteria fundamental untuk iman yang sejati (iman). Frasa "tidak seorang pun di antara kamu akan beriman" menunjukkan bahwa iman yang lengkap tidak dapat dicapai tanpa kualitas esensial cinta kasih dan empati persaudaraan ini.
Spesifikasi "untuk saudaranya Muslim" menekankan ikatan khusus persaudaraan Islam (ukhuwwah islamiyyah), sementara penerapan yang lebih luas meluas ke seluruh umat manusia menurut banyak ulama. Ucapan "apa yang dia sukai untuk dirinya sendiri" membutuhkan keinginan aktif akan kebaikan untuk orang lain, bukan hanya menahan diri dari bahaya.
Interpretasi Ulama
Imam Ibn Hajar al-Asqalani, dalam komentarnya Fath al-Bari, menjelaskan bahwa hadis ini menunjukkan bahwa iman sejati membutuhkan keyakinan internal dan manifestasi eksternal melalui perilaku benar terhadap orang lain.
Imam al-Nawawi menyatakan dalam Sharh Sahih Muslim-nya bahwa prinsip ini mencakup semua urusan agama dan kehidupan duniawi - apa pun kebaikan yang diinginkan seseorang untuk dirinya sendiri dalam hal iman, pengetahuan, ibadah, karakter, dan ketentuan yang sah, seseorang harus sama-sama menginginkannya untuk sesama orang beriman.
Ajaran ini menghilangkan iri hati, kedengkian, dan keegoisan dari hati dan menumbuhkan kepedulian sejati terhadap kesejahteraan komunitas, menjadikannya ukuran praktis dari keadaan spiritual seseorang.
Implikasi Praktis
Hadis ini mengharuskan umat Islam untuk secara aktif mendoakan bimbingan, pengampunan, dan kesuksesan orang lain seperti yang mereka lakukan untuk diri mereka sendiri. Ini melarang menginginkan bahaya pada orang lain atau bersukacita atas kemalangan mereka.
Prinsip ini meluas ke berbagi pengetahuan yang bermanfaat, menawarkan nasihat yang tulus, memberikan bantuan di saat dibutuhkan, dan merayakan berkah orang lain seperti milik sendiri. Ini mengubah iman individu menjadi tanggung jawab sosial yang memperkuat seluruh komunitas Muslim.