حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ، قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ، عَنْ أَبِي قِلاَبَةَ، عَنْ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Riwayat Anas

Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Barangsiapa memiliki tiga sifat berikut akan memiliki manisnya iman:

1. Orang yang Allah dan Rasul-Nya menjadi lebih disayangi dari apa pun.

2. Siapa yang mencintai seseorang dan dia mencintainya hanya demi Allah.

3. Siapa yang benci untuk kembali ke Ateisme (ketidakpercayaan) seperti dia benci dilemparkan ke dalam api."

Comment

Tiga Kualitas Iman yang Manis

Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari (16) menguraikan karakteristik mendasar yang menghasilkan kelezatan dan kenikmatan sejati dari iman (keyakinan). Nabi Muhammad (ﷺ) mengidentifikasi tiga sifat esensial yang, ketika digabungkan, memungkinkan seorang mukmin merasakan kesenangan sejati iman di dalam hatinya.

Kualitas Pertama: Cinta Tertinggi untuk Allah dan Rasul-Nya

Kualitas utama adalah bahwa Allah dan Rasul-Nya menjadi lebih dicintai oleh seseorang daripada apa pun yang ada di dunia. Ini berarti cinta seseorang kepada Sang Pencipta dan Nabi-Nya melampaui semua keterikatan duniawi—kekayaan, keluarga, status, dan bahkan diri sendiri. Cinta ini terwujud melalui ketaatan pada perintah Allah, peneladanan Sunnah Nabi, dan memprioritaskan keridhaan mereka di atas segalanya.

Ulama klasik menjelaskan bahwa cinta ini tidak hanya emosional tetapi praktis—ia memerlukan tindakan berdasarkan bimbingan ilahi dan penyerahan total pada ajaran Islam. Ketika cinta ini menjadi kekuatan pendorong dalam hidup seseorang, hati mengalami kelezatan sejati iman.

Kualitas Kedua: Cinta demi Allah

Karakteristik kedua adalah mencintai orang lain semata-mata demi Allah. Ini berarti membentuk ikatan persaudaraan dan persahabatan bukan untuk keuntungan duniawi, kekerabatan, atau kepentingan pribadi, tetapi murni untuk menyenangkan Allah. Cinta seperti ini bebas dari motif tersembunyi dan tetap teguh dalam berbagai keadaan.

Ulama menekankan bahwa jenis cinta ini menciptakan hubungan khusus antara orang beriman yang dihormati Allah. Ini adalah cinta yang melampaui pertimbangan duniawi dan menjadi ibadah itu sendiri, memperkuat ikatan komunal Ummah dan membersihkan hati dari kemunafikan.

Kualitas Ketiga: Kebencian terhadap Kekafiran

Kualitas terakhir adalah membenci untuk kembali kepada kekafiran (kufr) dengan intensitas yang sama seperti membenci dilemparkan ke dalam Api. Ini menunjukkan kesempurnaan iman seseorang—di mana kekafiran menjadi begitu menjijikkan sehingga pikiran tentangnya sama menakutkannya dengan pikiran tentang hukuman abadi.

Kebencian mendalam terhadap kufr ini melindungi orang beriman dari keraguan dan penyimpangan. Ulama mencatat bahwa kualitas ini menunjukkan penegakan tauhid (monoteisme) yang kuat di dalam hati, di mana orang beriman mengakui kepalsuan mutlak syirik dan kufr dan berpegang teguh pada kebenaran Islam.

Sifat Saling Terhubung dari Kualitas-Kualitas Ini

Ketiga kualitas ini saling terhubung dan saling memperkuat. Cinta tertinggi untuk Allah dan Rasul-Nya secara alami mengarah pada mencintai apa yang Allah cintai dan membenci apa yang Allah benci. Mencintai demi Allah memperkuat iman komunal, sementara membenci kekafiran melindungi iman individu dan kolektif dari korupsi.

Bersama-sama, mereka menciptakan keadaan spiritual yang komprehensif di mana iman menjadi realitas hidup dan pengalaman daripada sekadar ritual. "Kelezatan" yang disebutkan mengacu pada kedamaian batin, kepuasan, dan kegembiraan spiritual yang datang ketika hati selaras sempurna dengan bimbingan ilahi.