حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنِي قَيْسٌ، قَالَ قَالَ لِي الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ مَا سَأَلَ أَحَدٌ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم عَنِ الدَّجَّالِ مَا سَأَلْتُهُ وَإِنَّهُ قَالَ لِي ‏"‏ مَا يَضُرُّكَ مِنْهُ ‏"‏‏.‏ قُلْتُ لأَنَّهُمْ يَقُولُونَ إِنَّ مَعَهُ جَبَلَ خُبْزٍ وَنَهَرَ مَاءٍ‏.‏ قَالَ ‏"‏ هُوَ أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ ذَلِكَ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Al-Mughira bin Shu'ba

Tidak ada yang bertanya kepada Nabi (ﷺ) sebanyak yang saya tanyakan tentang Ad-Dajjal. Nabi (ﷺ) berkata kepadaku, "Apa yang membuatmu khawatir tentang dia?" Aku berkata, "Karena orang-orang mengatakan bahwa dia akan memiliki gunung roti dan sungai air bersamanya (yaitu dia akan memiliki makanan dan air yang berlimpah)" Nabi (ﷺ) bersabda, "Tidak, dia terlalu jahat untuk diizinkan hal seperti itu oleh Allah" (tetapi itu hanya untuk menguji umat manusia apakah mereka beriman kepada Allah atau Ad-Dajjal.)

Comment

Bencana dan Akhir Dunia

Sahih al-Bukhari 7122

Komentar Hadis

Riwayat ini dari sahabat terhormat Abu Sa'id al-Khudri (semoga Allah meridhainya) mengungkapkan keprihatinan mendalam yang dimiliki Muslim awal mengenai ujian Ad-Dajjal. Tanggapan Nabi menerangkan bahwa persediaan nyata Dajjal bukanlah berkah tetapi ujian ilahi.

Allah memberikan Ad-Dajjal manifestasi ini bukan sebagai kehormatan tetapi sebagai fitnah (ujian) untuk membedakan orang beriman dari orang kafir. Orang beriman sejati akan mengenali ini sebagai penipuan, sementara yang lemah imannya akan disesatkan oleh penampilan dangkal.

Klarifikasi Nabi bahwa Ad-Dajjal "terlalu hina" menekankan bahwa berkah nyata ini sebenarnya bagian dari hukuman dan cara untuk mengungkap kepalsuannya. Rezeki sejati hanya datang dari rahmat Allah, bukan dari tipuan pengaku palsu ketuhanan.

Wawasan Ilmiah

Ibn Hajar al-Asqalani berkomentar dalam Fath al-Bari bahwa hadis ini menunjukkan bagaimana persediaan duniawi dapat menjadi ujian ketika terpisah dari pemahaman spiritual yang tepat.

Al-Qurtubi mencatat bahwa kelimpahan yang digambarkan mewakili godaan material tertinggi, menguji apakah orang mengutamakan kenyamanan sementara daripada kebenaran abadi.

Ajaran ini mempersiapkan orang beriman untuk mengevaluasi semua berkah melalui lensa tujuan ilahi daripada sekadar penampilan material.