Saya mendengar Rasulullah (ﷺ) dalam shalatnya, mencari perlindungan kepada Allah dari penderitaan Ad-Dajjal.
Mencari Perlindungan dari Musibah Ad-Dajjal
Riwayat dari Sahih al-Bukhari 7129 ini menunjukkan pentingnya mendalam dalam mencari perlindungan Allah dari ujian Ad-Dajjal, Al-Masih Palsu. Nabi Muhammad (ﷺ) secara khusus memasukkan doa ini dalam shalat rutinnya, menunjukkan keseriusan ujian terakhir yang akan mendahului Hari Kiamat.
Sifat Ujian Ad-Dajjal
Ad-Dajjal mewakili fitnah (ujian) terbesar yang akan dihadapi umat manusia. Ulama klasik menjelaskan bahwa musibahnya akan bersifat fisik dan spiritual - dia akan mengaku ketuhanan, melakukan mukjizat menipu, dan menyesatkan banyak orang dari jalan yang lurus.
Ibn Hajar al-Asqalani berkomentar dalam Fath al-Bari bahwa pencarian perlindungan Nabi yang konsisten menunjukkan ujian ini memerlukan persiapan dan kesadaran spiritual yang terus-menerus dari orang beriman.
Kebijaksanaan dalam Praktik Kenabian
Dengan memasukkan doa ini dalam shalat, Nabi (ﷺ) mengajarkan kita untuk menjadikan perlindungan dari Ad-Dajjal sebagai praktik spiritual rutin. Al-Qurtubi menekankan bahwa ini mencerminkan sifat komprehensif ajaran Islam - menangani masalah duniawi dan eskatologis.
Penempatan dalam shalat menunjukkan bahwa perlindungan sejati datang melalui mempertahankan hubungan kuat dengan Allah dan mengakui bahwa hanya perlindungan Ilahi yang dapat menyelamatkan seseorang dari penipuan yang mendalam seperti itu.
Relevansi Kontemporer
Meskipun manifestasi lengkap Ad-Dajjal belum datang, para ulama mencatat bahwa karakteristiknya muncul secara bertahap dalam berbagai bentuk penipuan dan kesesatan sepanjang sejarah. Hadis ini mengingatkan orang beriman untuk waspada terhadap semua bentuk kepalsuan yang menjauhkan orang dari tauhid (monoteisme).