حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي صَعْصَعَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ رَجُلاً، سَمِعَ رَجُلاً، يَقْرَأُ ‏{‏قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ‏}‏ يُرَدِّدُهَا فَلَمَّا أَصْبَحَ جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ وَكَأَنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri

Seorang laki-laki mendengar laki-laki lain membaca (Surat Al-Ikhlas) 'Katakanlah bahwa Dialah Allah yang Maha Esa.' (112. 1) berulang-ulang. Keesokan paginya, ia datang kepada Rasulullah ( ﷺ ) dan memberitahukan kepadanya tentang hal itu seolah-olah ia merasa bahwa membaca surat itu saja tidak cukup. Mendengar itu, Rasulullah ( ﷺ ) berkata, "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya surat ini setara dengan sepertiga Al-Qur'an!"

Comment

Kelebihan Al-Qur'an - Sahih al-Bukhari 5013

Narasi ini dari Sahih al-Bukhari menyoroti keutamaan besar Surah Al-Ikhlas, menunjukkan bagaimana seorang sahabat awalnya meremehkan signifikansinya, hanya untuk dikoreksi oleh Nabi Muhammad (ﷺ) sendiri.

Komentar Ilmiah

Keraguan awal sahabat mencerminkan sifat manusia, di mana kuantitas kadang-kadang secara keliru dihargai lebih dari kualitas dalam ibadah. Sumpah tegas Nabi "Demi Dia yang di Tangan-Nya nyawaku" menekankan kepastian mutlak dan pentingnya deklarasi ini.

Para ulama menjelaskan bahwa Surah Al-Ikhlas setara dengan sepertiga Al-Qur'an karena secara komprehensif menetapkan Tauhid (Keesaan Ilahi) - pesan fundamental dari semua wahyu. Sama seperti Al-Qur'an terutama membahas tiga tema: Tauhid, legislasi, dan narasi, surah ini dengan sempurna merangkum esensi Tauhid.

Ibn Abbas (semoga Allah meridhainya) menyatakan: "Ketika Nabi (ﷺ) mengatakan itu setara dengan sepertiga Al-Qur'an, beliau maksudkan dalam pahala, bukan bahwa itu menggantikan pembacaan bagian lain." Pemahaman ini mempertahankan status khusus Al-Ikhlas sambil mempertahankan kewajiban untuk terlibat dengan seluruh Al-Qur'an.

Implikasi Praktis

Hadis ini mengajarkan kita bahwa nilai pembacaan terletak bukan pada panjangnya tetapi pada pemahaman makna mendalam yang terkandung dalam bagian-bagian singkat. Ini mendorong Muslim untuk merenungkan secara mendalam makna surah-surah pendek daripada hanya mengejar pembacaan panjang tanpa perenungan.

Insiden ini juga menunjukkan etika yang tepat dalam mencari ilmu - ketika ragu tentang masalah agama, seseorang harus merujuk ke sumber otentik daripada mengandalkan pendapat pribadi.