حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي صَعْصَعَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ رَجُلاً، سَمِعَ رَجُلاً، يَقْرَأُ ‏{‏قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ‏}‏ يُرَدِّدُهَا فَلَمَّا أَصْبَحَ جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ وَكَأَنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri

Saudaraku, Qatada bin An-Nau'man berkata, "Seorang laki-laki melakukan salat malam di masa hidup Nabi ( ﷺ ) dan membaca: 'Katakanlah: Dialah Allah, (Yang) Esa,' (112.1) dan tidak membaca apa pun selain itu. Keesokan paginya seorang laki-laki mendatangi Nabi ( ﷺ ) ,~ dan menceritakan kepadanya tentang hal itu. (Nabi ( ﷺ ) menjawab sama seperti (dalam Hadits 532) di atas.)

Comment

Keutamaan Al-Qur'an - Sahih al-Bukhari 5014

Riwayat ini dari Qatada bin An-Nau'man menunjukkan keunggulan mendalam Surah al-Ikhlas (Bab 112). Sahabat itu hanya membaca surah ini sepanjang shalat malamnya, namun Nabi ﷺ menegaskan bobot spiritualnya.

Komentar Ilmiah

Ulama klasik menjelaskan bahwa Surah al-Ikhlas mengandung esensi Tauhid (Keesaan Ilahi). Imam al-Qurtubi menyatakan surah ini setara dengan sepertiga Al-Qur'an karena secara komprehensif menetapkan Keesaan Allah dalam Esensi, Sifat, dan hak eksklusif untuk disembah-Nya.

Ibn Hajar al-Asqalani berkomentar dalam Fath al-Bari bahwa persetujuan Nabi ﷺ menunjukkan kebolehan mengulang satu surah dalam shalat ketika dilakukan karena penghormatan dan perenungan, terutama ketika bab itu merangkum akidah Islam fundamental.

Insiden ini juga menggambarkan ketekunan Sahabat dalam mencari bimbingan agama dan metodologi koreksi lembut Nabi ﷺ, menegaskan tindakan benar sambil membimbing menuju praktik optimal.

Signifikansi Spiritual

Membaca Surah al-Ikhlas dengan perenungan menumbuhkan monoteisme murni dan melindungi dari syirik. Ayat-ayat ringkasnya mengandung kebenaran teologis mendalam tentang sifat kekal Allah, kecukupan diri, dan keunikan-Nya.

Riwayat ini mendorong kualitas di atas kuantitas dalam ibadah - satu bab yang dibaca dengan kehadiran hati lebih bernilai daripada bacaan panjang tanpa pemahaman. Ini sejalan dengan prinsip bahwa perbuatan dinilai berdasarkan niat dan keikhlasan.