حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ أَخْبَرَنِي عَلْقَمَةُ بْنُ مَرْثَدٍ، سَمِعْتُ سَعْدَ بْنَ عُبَيْدَةَ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ، عَنْ عُثْمَانَ ـ رضى الله عنه ـ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ ‏"‏‏.‏ قَالَ وَأَقْرَأَ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ فِي إِمْرَةِ عُثْمَانَ حَتَّى كَانَ الْحَجَّاجُ، قَالَ وَذَاكَ الَّذِي أَقْعَدَنِي مَقْعَدِي هَذَا‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan dari Utsman bin Affan

Nabi ( ﷺ ) bersabda, “Orang yang paling utama di antara kalian (umat Islam) adalah mereka yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

Comment

Keunggulan Pembelajaran dan Pengajaran Al-Qur'an

Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari (5028) menetapkan keutamaan tertinggi dalam terlibat dengan Al-Qur'an melalui perolehan dan pengajaran. Frasa "yang paling unggul di antara kalian" menunjukkan keutamaan spiritual di mata Allah, bukan status duniawi.

Pembelajaran Mendahului Pengajaran

Urutan "belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya" menunjukkan bahwa pemahaman yang benar harus mendahului instruksi. Seorang ulama harus terlebih dahulu menginternalisasi makna, hukum, dan bacaan yang benar dari Al-Qur'an sebelum membimbing orang lain.

Pembelajaran mencakup baik bacaan (tilawah) dengan tajwid yang benar dan pemahaman maknanya, hukum legal, dan pelajaran spiritual melalui belajar dengan guru yang berkualifikasi.

Metodologi Pengajaran yang Komprehensif

Pengajaran termasuk menginstruksikan dalam pengucapan yang benar, menjelaskan makna, mengklarifikasi hukum legal, dan mendemonstrasikan penerapan praktis ajaran Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari.

Pahala mencakup baik guru dan murid, karena rantai transmisi pengetahuan berlanjut, menghasilkan pahala berkelanjutan (thawab al-mustamir) untuk guru asli.

Hirarki Spiritual dalam Islam

Hadis ini menetapkan pengetahuan tentang Wahyu Ilahi sebagai ukuran sejati keunggulan, melampaui status duniawi, kekayaan, atau keturunan. Pembawa pengetahuan Al-Qur'an adalah pewaris sejati para nabi.

Seperti tercatat dalam "Keutamaan Al-Qur'an" di Sahih al-Bukhari, tradisi ini mendorong komunitas Muslim untuk memprioritaskan pengetahuan agama, khususnya ilmu Al-Qur'an, sebagai fondasi peradaban Islam.