حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنْ أَبِي عِمْرَانَ الْجَوْنِيِّ، عَنْ جُنْدَبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ اقْرَءُوا الْقُرْآنَ مَا ائْتَلَفَتْ قُلُوبُكُمْ، فَإِذَا اخْتَلَفْتُمْ فَقُومُوا عَنْهُ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan oleh Abdullah

Bahwa ia mendengar seorang laki-laki membaca sebuah ayat Al-Quran yang pernah didengarnya dibacakan oleh Nabi ( ﷺ ) dengan cara yang berbeda. Maka ia membawa laki-laki itu kepada Nabi (dan menceritakan kisahnya). Nabi ( ﷺ ) berkata, "Kalian berdua membaca dengan cara yang benar, maka teruslah membaca." Nabi ( ﷺ ) menambahkan, "Bangsa-bangsa sebelum kalian telah dihancurkan (oleh Allah) karena mereka berselisih."

Comment

Kebaikan Al-Qur'an - Sahih al-Bukhari 5062

Riwayat ini dari Sahih al-Bukhari membahas keabsahan berbagai bacaan otentik (qirā'āt) Al-Qur'an dan memperingatkan terhadap perselisihan yang memecah belah dalam urusan agama.

Komentar tentang Keabsahan Bacaan yang Beragam

Penegasan Nabi bahwa kedua bacaan itu benar menunjukkan hikmah ilahi dalam menurunkan Al-Qur'an dalam tujuh ahruf (cara) untuk menampung dialek yang berbeda dan memudahkan bacaan bagi berbagai suku Arab.

Peristiwa ini menetapkan bahwa semua transmisi otentik bacaan Al-Qur'an yang berasal dari Nabi sama-sama sah dan mencerminkan sifat mukjizat wahyu.

Peringatan Terhadap Perdebatan yang Merusak

Referensi Nabi tentang bangsa-bangsa sebelumnya yang dihancurkan karena perselisihan berfungsi sebagai peringatan serius terhadap menciptakan perpecahan dalam hal-hal di mana keragaman yang sah ada.

Para ulama menjelaskan bahwa kehancuran yang disebutkan merujuk pada komunitas yang mengubah perbedaan kecil menjadi konflik besar, meninggalkan persatuan, dan mengutamakan pendapat pribadi di atas kebenaran yang diwahyukan.

Kesimpulan Ilmiah

Hadis ini mengajarkan umat Islam untuk mempertahankan persatuan sambil menghormati keragaman yang sah dalam bacaan dan pemahaman, asalkan semua interpretasi tetap dalam batas transmisi otentik dan keyakinan ortodoks.

Peristiwa ini menggambarkan kebijaksanaan Nabi dalam menyelesaikan konflik potensial dengan menekankan kesamaan dan mengalihkan fokus dari perbedaan sepele ke persatuan yang esensial.