حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ، قَالَ حَدَّثَنِي اللَّيْثُ، قَالَ حَدَّثَنِي عُقَيْلٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ ـ رضى الله عنهما ـ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ أَقْرَأَنِي جِبْرِيلُ عَلَى حَرْفٍ فَرَاجَعْتُهُ، فَلَمْ أَزَلْ أَسْتَزِيدُهُ وَيَزِيدُنِي حَتَّى انْتَهَى إِلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas

Rasulullah ( ﷺ ) bersabda, “Jibril membacakan Al-Qur’an kepadaku dengan satu cara. Kemudian aku memintanya (untuk membacanya dengan cara lain), dan terus memintanya untuk membacanya dengan cara-cara lain, dan ia membacanya dengan beberapa cara hingga akhirnya ia membacanya dengan tujuh cara yang berbeda.”

Comment

Tujuh Ahruf: Kebijaksanaan Ilahi dalam Berbagai Bacaan

Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari 4991 mengungkapkan kebijaksanaan mendalam di balik penurunan Al-Qur'an dalam tujuh mode berbeda (ahruf). Para ulama menjelaskan bahwa tujuh cara ini mewakili berbagai dialek dan variasi linguistik di antara suku-suku Arab, memfasilitasi pemahaman dan bacaan yang lebih mudah bagi semua orang Arab meskipun perbedaan dialek mereka.

Interpretasi Ilmiah tentang Permintaan

Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari menjelaskan bahwa permintaan berulang Nabi kepada Jibril menunjukkan pentingnya mengakomodasi kemampuan beragam Umat. Konsesi ilahi ini memastikan bahwa Al-Qur'an tetap dapat diakses oleh mereka yang fasih dan mereka yang kurang mahir dalam bahasa Arab klasik.

Al-Qurtubi mencatat bahwa tujuh ahruf ini mencakup variasi dalam pengucapan, struktur tata bahasa, dan kadang-kadang penggantian kata—semua sambil mempertahankan makna esensial dan pesan ilahi yang sama.

Implikasi Praktis bagi Umat

Kemajemukan ini berfungsi sebagai rahmat dari Allah, membuat bacaan Al-Qur'an lebih mudah bagi komunitas Muslim. Ini mengakomodasi pengucapan regional dan kemampuan linguistik sambil mempertahankan kesucian dan keaslian wahyu.

Pelestarian variasi ini melalui rantai transmisi yang andal (tawatur) menunjukkan janji Allah untuk melindungi wahyu terakhir-Nya hingga Hari Kiamat.