حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ، حَدَّثَنَا سَلِيمٌ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مِينَاءَ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ـ رضى الله عنهما ـ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ مَثَلِي وَمَثَلُ الأَنْبِيَاءِ كَرَجُلٍ بَنَى دَارًا فَأَكْمَلَهَا وَأَحْسَنَهَا، إِلاَّ مَوْضِعَ لَبِنَةٍ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَدْخُلُونَهَا وَيَتَعَجَّبُونَ، وَيَقُولُونَ لَوْلاَ مَوْضِعُ اللَّبِنَةِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Jabir bin 'Abdullah

Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Persamaanku dibandingkan dengan nabi-nabi lain adalah orang yang telah membangun rumah dengan sempurna dan sangat baik kecuali tempat dari satu batu bata. Ketika orang-orang memasuki rumah, mereka mengagumi keindahannya dan berkata: 'Tetapi untuk tempat batu bata ini (betapa indahnya rumah itu)!"

Comment

Komentar Hadis: Batu Bata Terakhir Kenabian

Hadis yang mendalam dari Sahih al-Bukhari (3534) ini menggunakan metafora arsitektur yang megah untuk menggambarkan hubungan antara Nabi Muhammad (semoga damai besertanya) dan para nabi sebelumnya. "Rumah" mewakili struktur lengkap bimbingan ilahi, dengan setiap nabi berkontribusi pada pembangunannya sepanjang sejarah.

Penyempurnaan Sempurna

"Satu batu bata yang hilang" melambangkan kesempurnaan akhir yang hanya dapat diberikan oleh Nabi Muhammad (saw). Sementara semua nabi sebelumnya membawa elemen kebenaran yang esensial, pesan Islam yang lengkap dan sempurna tetap ada hingga kedatangan utusan terakhir.

Ketika orang mengagumi rumah yang hampir selesai, mereka mengenali keindahannya tetapi merasakan sesuatu yang tidak lengkap. Demikian pula, komunitas agama sebelumnya memiliki bimbingan parsial tetapi menantikan wahyu akhir yang komprehensif.

Wawasan Ilmiah

Para ulama klasik menekankan bahwa metafora ini menunjukkan kelangsungan kenabian sambil menegaskan finalitas pesan Muhammad. Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan bahwa seperti sebuah bangunan memerlukan batu bata terakhir untuk integritas struktural, rantai kenabian memerlukan segelnya untuk penyelesaian.

Al-Qurtubi mencatat bahwa metafora ini juga menggambarkan bagaimana ajaran nabi-nabi sebelumnya menemukan pemenuhan ultimatnya dalam Islam, mirip seperti elemen arsitektur individu menemukan tujuannya dalam struktur yang telah selesai.

Signifikansi Spiritual

Pengajaran ini menumbuhkan rasa hormat terhadap semua nabi sambil memperjelas posisi unik utusan terakhir. Ini mengingatkan orang beriman bahwa Islam tidak bertentangan dengan wahyu sebelumnya tetapi menyempurnakan dan melengkapinya.

Hadis ini juga mengajarkan kerendahan hati, karena Nabi Muhammad (saw) mengakui hubungannya dengan tradisi kenabian sambil memenuhi tujuannya yang ultimat.