حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ سَعِيدِ بْنِ أَبِي حُسَيْنٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ الْحَارِثِ، قَالَ صَلَّى أَبُو بَكْرٍ ـ رضى الله عنه ـ الْعَصْرَ، ثُمَّ خَرَجَ يَمْشِي فَرَأَى الْحَسَنَ يَلْعَبُ مَعَ الصِّبْيَانِ، فَحَمَلَهُ عَلَى عَاتِقِهِ وَقَالَ بِأَبِي شَبِيهٌ بِالنَّبِيِّ لاَ شَبِيهٌ بِعَلِيٍّ‏.‏ وَعَلِيٌّ يَضْحَكُ‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan 'Abdullah bin 'Amr

Nabi (صلى الله عليه وسلم) tidak pernah menggunakan bahasa yang buruk baik "Fahish maupun Mutafahish. Dia biasa berkata, "Yang terbaik di antara kamu adalah mereka yang memiliki sopan santun dan karakter terbaik." (Lihat Hadis No. 56 (B) Vol. 8)

Comment

Teks & Konteks Hadis

Nabi (ﷺ) tidak pernah menggunakan bahasa buruk, baik "Fahish" maupun "Mutafahish". Beliau biasa berkata, "Yang terbaik di antara kalian adalah yang memiliki akhlak dan karakter terbaik." (Sahih al-Bukhari 3559)

Analisis Linguistik

"Fahish" merujuk pada ucapan vulgar yang eksplisit dan kata-kata cabul. "Mutafahish" menunjukkan seseorang yang secara aktif mencari atau mempromosikan bahasa kotor seperti itu, atau berbicara dengan cara yang mendorong orang lain ke arah ketidaksopanan.

Keunggulan Karakter Kenabian

Riwayat ini menetapkan bahwa Rasulullah (ﷺ) sepenuhnya bebas dari segala bentuk ucapan kotor, baik keburukan langsung maupun vulgaritas tidak langsung. Lidah beliau disucikan dari setiap bentuk ekspresi jahat.

Implikasi Moral & Spiritual

Penghindaran Nabi terhadap bahasa buruk menunjukkan bahwa iman sejati memerlukan kemurnian ucapan. Lidah seorang mukmin harus mencerminkan kemuliaan ajaran Islam, menghindari segala yang merusak hati dan masyarakat.

Aplikasi Praktis

Umat Muslim harus meneladani contoh kenabian ini dengan menjaga lidah mereka dari kekejian, lelucon vulgar, dan segala ucapan yang melanggar etika Islam. Ukuran keunggulan dalam Islam adalah karakter moral, bukan status duniawi.

Komentar Ilmiah

Imam al-Nawawi menjelaskan bahwa hadis ini menekankan sifat komprehensif moralitas kenabian, yang mencakup penghindaran dari kejahatan dan pembudidayaan kebajikan secara aktif. Pernyataan Nabi menghubungkan iman secara langsung dengan perilaku etis.