Anas bin Malik berkata, "Begitu waktu shalat tiba dan orang-orang yang rumahnya dekat dengan Masjid pergi ke rumah mereka untuk berwudhu, sementara yang lain tetap (duduk di sana). Sebuah panci batu berisi air dibawa kepada Nabi, yang ingin memasukkan tangannya ke dalamnya, tetapi terlalu kecil baginya untuk merentangkan tangannya di dalamnya, sehingga dia harus menyatukan jari-jarinya sebelum memasukkan tangannya ke dalam panci. Kemudian semua orang berwudhu (dengan air itu)." Saya bertanya kepada Anas, "Berapa banyak orang mereka." Dia menjawab, "Ada delapan puluh orang."
Kebajikan dan Keutamaan Nabi (saw) dan Para Sahabatnya
Sahih al-Bukhari 3575 - Komentar oleh Imam Ibn Hajar al-Asqalani
Analisis Kontekstual
Narasi ini menunjukkan sifat mukjizat (mu'jizah) Nabi Muhammad ﷺ, di mana sejumlah kecil air mencukupi untuk delapan puluh sahabat melalui berkah ilahi.
Insiden ini terjadi ketika waktu salat dimulai, mengungkapkan ketekunan para sahabat dalam menjaga kesucian ritual meskipun ada kendala praktis.
Interpretasi Ilmiah
Imam al-Qurtubi mencatat bahwa jari-jari Nabi menjadi sumber barakah (berkah), mirip dengan mukjizat Musa memukul batu. Pengumpulan jari-jari melambangkan pemusatan rahmat ilahi.
Para ulama menyoroti ini sebagai bukti untuk kebolehan menggunakan air bersama untuk wudu dan keutamaan persiapan salat berjamaah.
Signifikansi Spiritual
Mukjizat ini menekankan bahwa kelangkaan materi bukanlah penghalang ketika kehendak ilahi campur tangan, mengajarkan ketergantungan pada Allah daripada sarana materi saja.
Angka spesifik Anas bin Malik (delapan puluh orang) menunjukkan pelestarian tradisi kenabian yang tepat dan rantai transmisi yang otentik.