Seorang pria datang kepada Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) dan berkata, "Wahai Rasulullah (صلى الله عليه وسلم)! Ternak dihancurkan dan jalan-jalan terputus. Jadi mohon kepada Allah." Maka Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) berdoa dan hujan turun dari hari Jumat itu hingga Jumat berikutnya. Kemudian dia datang kepada Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) I dan berkata, "Wahai Rasulullah (صلى الله عليه وسلم)! Rumah-rumah telah runtuh, jalan terputus dan ternak dihancurkan." Maka Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) (p.b.u.h) berdoa, "Ya Allah! (Biarlah hujan) di puncak gunung, di dataran tinggi, di lembah dan di atas tempat-tempat di mana pohon tumbuh." Jadi awan dibersihkan dari Madinah saat pakaian ditanggalkan.
Konteks Istisqā'
Narasi ini dari Sahih al-Bukhari 1017 menunjukkan prosedur Islam yang tepat untuk meminta hujan (istisqā') selama masa kekeringan. Para Sahabat mendatangi Nabi ﷺ dengan keprihatinan duniawi yang sah - ternak mati dan rute perjalanan menjadi tidak dapat dilalui - menunjukkan bahwa kebutuhan material adalah alasan yang valid untuk mencari intervensi ilahi.
Doa Pertama & Tanggapannya
Doa awal Nabi ﷺ dijawab dengan hujan terus-menerus selama seminggu penuh, menunjukkan tanggapan langsung Allah terhadap doa Rasul-Nya. Hujan yang melimpah ini mencerminkan rahmat ilahi dan keefektifan mencari bantuan melalui saluran yang tepat.
Para ulama mencatat bahwa tanggapan langsung terhadap doa Nabi ﷺ ini berfungsi sebagai mukjizat nyata (mu'jizah) yang mengukuhkan kenabiannya dan kebenaran pesannya.
Kebijaksanaan dalam Hujan Berlebihan
Ketika hujan menjadi berlebihan dan menyebabkan kerusakan, Sahabat kembali bukan dengan keluhan tetapi dengan pelaporan faktual tentang situasi baru. Ini mengajarkan umat Islam untuk mempertahankan komunikasi yang hormat dengan pemimpin dan ulama mereka bahkan ketika keadaan berubah.
Urutan ini menunjukkan kebijaksanaan Allah dalam menguji komunitas dengan kondisi yang berlawanan - pertama kekeringan, kemudian banjir - untuk memperkuat iman dan ketergantungan mereka kepada-Nya.
Doa Kedua yang Spesifik
Doa kedua Nabi ﷺ menunjukkan kebijaksanaan yang mendalam: "Ya Allah! Di puncak gunung, di dataran tinggi, di lembah-lembah dan di tempat-tempat di mana pohon tumbuh." Doa spesifik ini mengarahkan hujan ke area yang bermanfaat tanpa menyebabkan bahaya pada area berpenduduk.
Komentator klasik menjelaskan bahwa ini mengajarkan umat Islam untuk tepat dalam permintaan mereka kepada Allah, mencari hasil yang bermanfaat sambil menghindari potensi bahaya. Penghilangan awan langsung dari Madinah menunjukkan ketepatan ilahi dalam menjawab doa.
Keputusan Hukum yang Diambil
Hadis ini menetapkan legitimasi doa istisqā' sebagai Sunnah komunal selama kekeringan. Ini menunjukkan bahwa Imam atau ulama saleh harus memimpin doa ini.
Narasi ini juga menunjukkan bahwa jika doa yang dijawab membawa kesulitan, seseorang boleh berdoa untuk modifikasinya tanpa rasa tidak bersyukur, mempertahankan keseimbangan dalam ibadah dan urusan duniawi.