Seorang pria datang kepada Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) dan berkata, "Wahai Rasulullah (صلى الله عليه وسلم)! Ternak dihancurkan dan jalan-jalan terputus; jadi mohon memohon kepada Allah." Maka Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) berdoa memohon hujan dan hujan turun dari hari Jumat itu sampai hari Jumat berikutnya. Kemudian seorang pria datang kepada Nabi (saw) dan berkata, "Wahai Rasulullah (صلى الله عليه وسلم)! Rumah-rumah telah runtuh, jalan terputus dan ternak dihancurkan." Maka Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Ya Allah! (Biarlah hujan) di puncak gunung, di dataran tinggi, di lembah dan di atas tempat-tempat di mana pohon tumbuh." Jadi awan dibersihkan dari Madinah saat pakaian ditanggalkan.
Konteks Istisqā' (Doa Meminta Hujan)
Riwayat ini dari Sahih al-Bukhari (1019) menunjukkan etika Islam yang benar dalam meminta hujan selama kekeringan. Para Sahabat mendatangi Nabi Muhammad (ﷺ) dengan keprihatinan duniawi yang sah - ternak mati dan rute perjalanan menjadi tidak dapat dilalui - menunjukkan bahwa umat Islam dapat meminta campur tangan ilahi untuk kebutuhan material sambil mempertahankan niat spiritual.
Tanggapan Nabi Terhadap Hujan Berlebihan
Ketika doa awal mengakibatkan hujan terus-menerus selama tujuh hari, menyebabkan kesulitan baru, Nabi (ﷺ) menunjukkan keseimbangan dalam doa. Beliau tidak sepenuhnya menghentikan hujan tetapi mengalihkannya ke daerah di mana ia akan paling bermanfaat - gunung, lembah, dan tanah bervegetasi - menunjukkan kebijaksanaan dalam mencari moderasi dalam segala hal.
Perumpamaan "seperti pakaian dilepas" dengan indah menggambarkan bagaimana segera awan menghilang dari Madinah, menunjukkan kekuatan doa kenabian dan penerimaan Allah terhadap doanya.
Keputusan Hukum yang Diambil
Para ulama mengambil dari hadis ini bahwa Istisqā' adalah Sunnah yang dikonfirmasi selama kekeringan, bahwa Imam harus memimpin doa ini, dan bahwa seseorang dapat menentukan dalam doa jenis manfaat yang dicari. Doa Nabi yang halus mengajarkan kita untuk mencari apa yang bermanfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan rahmat Allah.
Pelajaran Spiritual
Insiden ini mengajarkan ketergantungan hanya pada Allah untuk rezeki, pentingnya berpaling kepada-Nya di saat-saat kebutuhan, dan etika moderasi dalam doa. Ini juga menunjukkan kepedulian Nabi terhadap kesejahteraan spiritual dan material komunitasnya, dan bagaimana Allah menjawab doa hamba-hamba-Nya yang saleh.