Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) (p.b.u.h) bersabda, "Kunci ilmu ghaib adalah lima yang tidak diketahui oleh siapa pun kecuali Allah . . . tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok; tidak ada yang tahu apa yang ada di dalam rahim; tidak ada yang tahu apa yang akan dia peroleh besok; tidak ada yang tahu di mana dia akan mati; dan tidak ada yang tahu kapan hujan akan turun."
Lima Kunci dari yang Gaib
Hadis yang mendalam dari Sahih al-Bukhari ini menetapkan doktrin Islam fundamental bahwa pengetahuan mutlak tentang yang gaib (al-ghayb) hanya milik Allah. Nabi Muhammad (ﷺ) menyebutkan lima hal spesifik yang membentuk "kunci" untuk pengetahuan tersembunyi ini, menekankan keterbatasan manusia dan kemahakuasaan ilahi.
Komentar Ulama tentang Sifat Gaib Hujan
Ulama klasik seperti Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari menjelaskan bahwa hujan disebutkan di antara lima kunci ini karena ia mewakili rahmat dan rezeki ilahi yang waktu, jumlah, dan distribusinya ditentukan semata-mata oleh hikmah Allah. Ini berhubungan langsung dengan praktik Istisqaa (doa minta hujan), di mana umat Islam mengakui ketergantungan mereka pada Allah sambil mencari karunia-Nya.
Imam al-Qurtubi mencatat bahwa memasukkan hujan di antara kunci-kunci ini mengajarkan kerendahan hati kepada orang beriman - kita mungkin mengamati awan dan tanda-tanda meteorologi, tetapi kejadian sebenarnya dari hujan tetap berada dalam domain Allah. Ini mencegah kesombongan dalam prediksi manusia dan menumbuhkan ketergantungan konstan pada Sang Pencipta.
Implikasi Praktis bagi Orang Beriman
Ajaran ini menumbuhkan tawakkul (ketergantungan pada Allah) dalam kehidupan sehari-hari. Sementara kita membuat persiapan duniawi dan menggunakan sarana yang tersedia, kita menyadari bahwa hasil akhir - termasuk hujan untuk tanaman - berada di tangan ilahi. Ini menyeimbangkan usaha manusia dengan penyerahan spiritual.
Hadis ini juga menetapkan etiket yang tepat untuk Istisqaa: kita berdoa meminta hujan sambil mengakui bahwa pemberiannya hanya bergantung pada Allah. Ini mencegah keputusasaan atau kekecewaan ketika doa tidak segera dijawab sesuai dengan pemahaman terbatas kita tentang waktu dan hikmah.
Koneksi dengan Hal-Hal Gaib Lainnya
Ulama menunjukkan bahwa lima kunci ini mencakup awal kehidupan (apa yang ada di rahim), rezekinya (apa yang akan diperoleh seseorang), akhirnya (tempat kematian), hal-hal temporal (peristiwa esok hari), dan rezeki ilahi (hujan). Bersama-sama mereka mewakili ketergantungan sepenuhnya pada Allah sepanjang perjalanan hidup.
Ajaran ini membentuk dasar epistemologi Islam - membedakan antara pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan dan wahyu versus pengetahuan ilahi eksklusif tentang yang gaib. Ini melindungi dari klaim prediksi tertentu dan mempertahankan batas yang tepat antara Pencipta dan ciptaan.