Anas bin Malik berkata, "Seseorang memasuki Masjid pada hari Jumat melalui gerbang yang menghadap Daril-Qada' dan Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) sedang berdiri menyampaikan Khutba (khotbah). Pria itu berdiri di depan Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) dan berkata, 'Ya Rasulullah (صلى الله عليه وسلم), ternak sekarat dan jalan-jalan terputus; mohon doakan kepada Allah untuk hujan.' Maka Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) (p.b.u.h) mengangkat kedua tangannya dan berkata, 'Ya Allah! Berkatilah kami dengan hujan. Ya Allah! Berkatilah kami dengan hujan. Ya Allah! Berkatilah kami dengan hujan!" Anas menambahkan, "Demi Allah, tidak ada awan di langit dan tidak ada rumah atau bangunan di antara kami dan gunung Sila'. Kemudian awan besar seperti perisai muncul dari belakangnya (yaitu Gunung Silas) dan ketika datang di tengah langit, itu menyebar dan kemudian hujan. Demi Allah! Kami tidak bisa melihat matahari selama seminggu. Jumat berikutnya, seseorang masuk melalui gerbang yang sama dan Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) sedang menyampaikan Khutba Jumat dan pria itu berdiri di depannya dan berkata, 'Wahai Rasulullah (صلى الله عليه وسلم)! Ternak sekarat dan jalan-jalan terputus; Mohon berdoa kepada Allah untuk menahan hujan.' " Anas menambahkan, "Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) mengangkat kedua tangannya dan berkata, 'Ya Allah! Mengelilingi kami dan bukan pada kami. Ya Allah!' Di dataran tinggi, di pegunungan, di bukit, di lembah dan di tempat-tempat di mana pohon tumbuh.' " Anas menambahkan, "Hujan berhenti dan kami keluar, berjalan di bawah sinar matahari." Sharik bertanya kepada Anas apakah itu orang yang sama yang meminta hujan pada Jumat sebelumnya. Anas menjawab bahwa dia tidak tahu.
Konteks dan Signifikansi
Narasi ini dari Sahih al-Bukhari 1014 menunjukkan keefektifan mendalam dari doa (du'a) dan status khusus jamaah shalat Jumat untuk mencari intervensi ilahi. Insiden ini terjadi selama khutbah Jumat Nabi, menekankan bahwa bahkan selama kewajiban agama, menanggapi kebutuhan komunitas lebih diutamakan.
Cara Berdoa
Nabi mengangkat kedua tangan saat berdoa, menggambarkan postur yang disarankan untuk doa yang sungguh-sungguh. Para ulama mencatat bahwa mengangkat tangan menunjukkan kerendahan hati, kebutuhan, dan harapan yang tulus dari Allah. Pengulangan "Ya Allah! Berikan kami hujan" tiga kali menunjukkan ketekunan dalam doa tanpa berlebihan.
Tanggapan Ilahi dan Kebijaksanaan
Kemunculan awan segera dari balik Gunung Sila' menunjukkan penerimaan cepat Allah terhadap doa Nabi. Hujan selama seminggu menunjukkan kemurahan ilahi, namun juga mengajarkan bahwa berkah dapat menjadi beban jika berlebihan. Ini menggambarkan prinsip Islam untuk mencari moderasi dalam segala hal.
Ketepatan dalam Doa Selanjutnya
Saat berdoa untuk penghentian hujan, Nabi secara khusus meminta hujan "di sekitar kami dan bukan pada kami," mengarahkannya ke berbagai medan di mana ia akan bermanfaat tanpa menyebabkan bahaya. Ini mengajarkan umat Islam untuk tepat dalam doa dan mempertimbangkan implikasi ekologis dan sosial yang lebih luas dari permintaan mereka.
Keputusan Hukum yang Diambil
Para ulama mengambil dari hadis ini bahwa doa minta hujan (Istisqaa') dapat dilakukan selama khutbah Jumat. Ini menetapkan bahwa Imam harus menanggapi segera kebutuhan komunitas yang mendesak. Narasi ini juga menunjukkan bahwa individu yang berbeda dapat membuat permintaan selama jamaah, dan Imam harus menangani kebutuhan yang sah dengan tepat.
Pelajaran Spiritual
Insiden ini memperkuat pandangan dunia Islam tentang hubungan langsung antara fenomena alam dan ketetapan ilahi. Ini mengajarkan bahwa meskipun penyebab alami ada, kontrol tertinggi berada pada Allah. Tanggapan cepat terhadap doa Nabi menegaskan status khususnya sambil menunjukkan rahmat Allah dan responsif terhadap doa yang tulus dari semua orang beriman.