Ketika ayat: 'Mereka yang beriman dan tidak mencampuradukkan kepercayaannya dengan kesalahan.' diturunkan, orang-orang Muslim merasakannya sangat keras pada mereka dan berkata, "Wahai Rasulullah (صلى الله عليه وسلم)! Siapa di antara kita yang tidak berbuat salah pada dirinya sendiri?" Dia menjawab, "Ayat itu tidak bermaksud ini. Tetapi itu (salah) berarti mengaitkan orang lain dalam ibadah kepada Allah: Jangan dengarkan apa yang dikatakan Luqman kepada anaknya ketika dia menasihatinya, "Wahai anakku! Jangan bergabung dengan orang lain dalam ibadah dengan Allah. Sesungguhnya bergabung dengan orang lain dalam ibadah kepada Allah adalah kesalahan besar." (31.13)
Eksposisi Sahih al-Bukhari 3429
Narasi ini dari Kitab Nabi-nabi dalam Sahih al-Bukhari membahas kesalahpahaman para sahabat terhadap ayat Al-Quran 6:82, menunjukkan peran Nabi sebagai guru dan penjelas wahyu ilahi.
Konteks dan Wahyu
Ketika Allah menurunkan "Mereka yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman" (Surah al-An'am, 82), para sahabat merasa gelisah, memahami 'kezaliman' (zulm) dalam arti umum yang mencakup semua dosa.
Kekhawatiran mereka mencerminkan kepekaan spiritual mereka - mereka menyadari bahwa bahkan orang-orang saleh di antara mereka melakukan kesalahan kecil karena ketidaksempurnaan manusia.
Klarifikasi Kenabian
Nabi Muhammad ﷺ menjelaskan bahwa 'kezaliman' di sini secara khusus berarti syirik - menyekutukan Allah dalam ibadah. Ini menunjukkan prinsip tafsir bil-ma'thur (interpretasi melalui tradisi yang ditransmisikan).
Dia mendukung ini dengan mengutip nasihat Luqman kepada putranya (Surah Luqman, 13), menetapkan bahwa kezaliman terbesar adalah syirik, sementara kezaliman lainnya bervariasi dalam tingkat keparahannya.
Wawasan Ilmiah
Ulama klasik mencatat bahwa meskipun semua dosa merupakan kezaliman terhadap diri sendiri, syirik adalah ketidakadilan tertinggi karena melanggar hak fundamental Allah untuk ibadah eksklusif.
Hadis ini mengajarkan kita untuk mencari klarifikasi dari sumber-sumber otentik ketika bingung tentang teks agama, dan menekankan beratnya syirik sambil memberikan kelegaan mengenai kekurangan manusia kecil.