Nabi (ﷺ) bersabda, "Tidak ada penyakit yang diciptakan Allah, kecuali bahwa Dia juga telah menciptakan pengobatannya."
Eksposisi Hadis
Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari (5678) menetapkan prinsip mendasar dalam kedokteran Islam: bahwa setiap penyakit ada obat yang ditetapkan oleh Allah. Ini mencerminkan hikmah dan rahmat ilahi, mendorong orang beriman untuk mencari pengobatan sambil mempertahankan tawakal (ketergantungan kepada Allah).
Hikmah Ilahi dalam Penciptaan
Allah, dalam hikmah-Nya yang sempurna, menciptakan penyakit sebagai ujian dan sarana pemurnian spiritual, namun sekaligus menyediakan penawarnya. Ini menunjukkan keseimbangan dalam penciptaan - untuk setiap kesulitan, ada kelegaan; untuk setiap penyakit, ada potensi obat.
Sifat komprehensif dari pernyataan ini mencakup baik penyakit fisik maupun spiritual, menunjukkan bahwa pengobatan ada untuk penyakit hati maupun tubuh.
Interpretasi Ulama
Imam Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam Fath al-Bari bahwa hadis ini mendorong penelitian medis dan pencarian ilmu. Frasa "tidak ada penyakit" bersifat universal, mencakup semua penyakit yang diketahui dan tidak diketahui oleh umat manusia.
Ulama mencatat bahwa meskipun obat ada untuk semua penyakit, umat manusia mungkin belum menemukan semuanya. Ini memotivasi penyelidikan ilmiah yang berkelanjutan dalam batas-batas etika Islam.
Implikasi Praktis
Ajaran ini mewajibkan Muslim untuk mencari pengobatan sambil memahami bahwa penyembuhan pada akhirnya berasal dari Allah. Peran dokter adalah sebagai sarana (sabab), sementara penyembuhan sejati berasal dari Sang Pencipta.
Hadis ini juga menghibur pasien, meyakinkan mereka bahwa kondisi mereka tidak berada di luar obat ilahi, menumbuhkan harapan dan kesabaran selama sakit.