حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ أَخْبَرَنِي حَبِيبُ بْنُ أَبِي ثَابِتٍ، قَالَ سَمِعْتُ إِبْرَاهِيمَ بْنَ سَعْدٍ، قَالَ سَمِعْتُ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ، يُحَدِّثُ سَعْدًا عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا ‏"‏‏.‏ فَقُلْتُ أَنْتَ سَمِعْتَهُ يُحَدِّثُ سَعْدًا وَلاَ يُنْكِرُهُ قَالَ نَعَمْ‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Abu Huraira

Nabi (ﷺ) bersabda, "Dia (seorang Muslim) yang meninggal karena penyakit perut adalah seorang martir, dan dia yang meninggal karena wabah adalah seorang martir."

Comment

Teks Hadis & Referensi

Nabi (ﷺ) bersabda, "Dia (seorang Muslim) yang meninggal karena penyakit perut adalah syahid, dan dia yang meninggal karena wabah adalah syahid."

Kitab: Kedokteran | Pengarang: Sahih al-Bukhari | Referensi: Sahih al-Bukhari 5733

Komentar tentang Syahid Penyakit Perut

Para ulama menjelaskan bahwa "penyakit perut" (dhanb al-batn) merujuk pada penyakit parah yang mempengaruhi sistem pencernaan seperti kolera, disentri, tifus, atau penyakit perut fatal apa pun yang menyebabkan penderitaan hebat.

Status syahid ini menunjukkan rahmat Allah yang sangat besar, mengubah penderitaan fisik menjadi pahala spiritual. Wilayah perut adalah sumber banyak godaan manusia, dan meninggal karena penderitaannya berfungsi sebagai pemurnian.

Syahid dalam konteks ini adalah syahid akhirat (shahid al-akhirah), artinya almarhum menerima pahala syahid di akhirat meskipun tidak diperlakukan sebagai syahid militer dalam urusan duniawi.

Komentar tentang Syahid Wabah

Wabah (ta'un) mewakili penyakit epidemi yang menyebabkan penderitaan luas. Para ulama memasukkan pandemi modern dalam kategori ini ketika mereka memiliki karakteristik serupa.

Tetap sabar dan teguh di daerah yang terkena, mempercayai ketetapan Allah, dan tidak melarikan diri dari tanah adalah kondisi yang ditekankan oleh ulama untuk mencapai syahid ini.

Keputusan ini mendorong Muslim untuk memandang epidemi sebagai ujian dari Allah daripada sekadar bencana, dan menghadapinya dengan iman dan ketergantungan pada Kehendak Ilahi.

Implikasi Hukum & Spiritual

Syahid yang disebutkan dalam hadis ini tidak memerlukan pencucian ritual (ghusl) sebelum penguburan menurut kebanyakan ulama, meskipun doa masih dilakukan atas mereka.

Ajaran ini memberikan kenyamanan besar bagi orang beriman yang menderita penyakit menyakitkan, mengetahui bahwa ketahanan mereka mengarah pada stasiun spiritual yang besar.

Hadis ini mencerminkan pandangan Islam yang komprehensif tentang syahid di luar konteks medan perang, menghormati mereka yang menanggung penderitaan fisik dengan kesabaran dan iman.