(istri Nabi) bahwa dia bertanya kepada Rasulullah (ﷺ) tentang wabah, dan Rasulullah (ﷺ) memberitahukannya dengan mengatakan, "Tulah adalah azab yang biasa Allah berikan kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya, tetapi Allah menjadikannya berkah bagi orang-orang yang beriman. Tidak ada (di antara orang-orang beriman) yang tetap sabar di negeri di mana wabah telah merebak dan menganggap bahwa tidak ada yang akan menimpanya kecuali apa yang telah ditetapkan Allah untuknya, tetapi bahwa Allah akan memberinya pahala yang serupa dengan seorang martir."
Komentar Hadis: Wabah sebagai Rahmat Ilahi
Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari (5734) dalam Kitab Kedokteran mengandung hikmah mendalam mengenai wabah dan ketetapan ilahi. Nabi (ﷺ) menjelaskan bahwa apa yang tampak sebagai hukuman bagi sebagian orang menjadi rahmat bagi orang beriman melalui kesabaran dan kepercayaan mereka pada ketetapan Allah.
Interpretasi Ulama
Al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam Fath al-Bari bahwa wabah, meskipun berpotensi sebagai hukuman bagi orang kafir, berubah menjadi sarana peningkatan spiritual bagi orang beriman. Syarat utamanya adalah tetap sabar di tanah yang terkena wabah sambil meyakini dengan teguh bahwa tidak ada yang terjadi kecuali dengan kehendak Allah (qadar).
Imam al-Nawawi menekankan dalam Sharh Sahih Muslim bahwa pahala syahid diberikan bukan karena mencari kematian tetapi karena bertahan dalam cobaan dengan niat yang benar dan bersandar pada Allah. Ini menunjukkan pendekatan Islam yang seimbang terhadap wabah: mengambil langkah pencegahan sambil tunduk pada ketetapan ilahi.
Implikasi Praktis
Ajaran ini menetapkan prinsip-prinsip penting bagi Muslim yang menghadapi wabah: melarikan diri dari wabah dilarang jika seseorang tinggal di daerah yang terkena pada saat wabah itu meletus, karena ini menunjukkan kurangnya kepercayaan pada ketetapan Allah. Namun, langkah-langkah pencegahan yang diambil sebelum wabah meletus diizinkan dan dianjurkan.
Hadis ini mengajarkan kita untuk memandang cobaan sebagai peluang untuk pertumbuhan spiritual daripada sekadar bencana. Perspektif orang beriman mengubah hukuman potensial menjadi rahmat ilahi melalui pemahaman dan ketundukan yang benar.