حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ، قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ أَبِي الضُّحَى، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنْ عَائِشَةَ ـ رضى الله عنها ـ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ ‏"‏ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan 'Aisha

Nabi (صلى الله عليه وسلم) biasa berkata dalam sujud dan sujudnya, "Subhanaka l-lahumma Rabbana wa bihamdika; Allahumma ghfir li.' (Ditinggikan, apakah engkau, ya Allah Tuhan kami, dan dengan pujian-Mu (aku meninggikan engkau). Ya Allah! Maafkan saya).

Comment

Panggilan untuk Sholat (Adhaan)

Sahih al-Bukhari 794

Teks Hadits

Nabi (ﷺ) biasa mengucapkan dalam ruku' dan sujudnya, "Subhanaka l-lahumma Rabbana wa bihamdika; Allahumma ghfir li.' (Maha Suci Engkau Ya Allah Tuhan kami, dan dengan pujian-Mu [aku memuliakan-Mu]. Ya Allah! Ampunilah aku).

Komentar Ilmiah

Hadits mulia ini dari Sahih al-Bukhari menunjukkan cara ibadah yang sempurna yang diajarkan oleh Nabi Muhammad (ﷺ). Doa ini mengandung tiga elemen mendalam: tasbih (menyatakan kesempurnaan Allah), tahmid (memuji Allah), dan istighfar (memohon ampunan).

"Subhanaka Allahumma Rabbana" menegaskan transendensi Allah di atas segala ketidaksempurnaan sambil mengakui Kekuasaan-Nya. "Wa bihamdika" menunjukkan bahwa pernyataan kita tentang kesempurnaan-Nya itu sendiri adalah bentuk pujian. "Allahumma ghfir li" mencerminkan kebutuhan konstan akan pengampunan ilahi, bahkan selama ibadah, mengajarkan kerendahan hati dan ketergantungan kepada Allah.

Penempatan doa ini selama ruku' (membungkuk) dan sujud (bersujud) - posisi kerendahan hati tertinggi dalam sholat - menekankan bahwa ibadah sejati menggabungkan pemuliaan Ilahi dengan pengakuan ketidaksempurnaan manusia. Pendekatan komprehensif terhadap sholat ini mencakup keagungan Allah, rasa syukur kita, dan kebutuhan spiritual kita untuk pemurnian.