حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنِ الأَعْمَشِ، حَدَّثَنِي شَقِيقٌ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ كُنَّا إِذَا كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي الصَّلاَةِ قُلْنَا السَّلاَمُ عَلَى اللَّهِ مِنْ عِبَادِهِ، السَّلاَمُ عَلَى فُلاَنٍ وَفُلاَنٍ‏.‏ فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ لاَ تَقُولُوا السَّلاَمُ عَلَى اللَّهِ‏.‏ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلاَمُ، وَلَكِنْ قُولُوا التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ‏.‏ فَإِنَّكُمْ إِذَا قُلْتُمْ أَصَابَ كُلَّ عَبْدٍ فِي السَّمَاءِ أَوْ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، ثُمَّ يَتَخَيَّرُ مِنَ الدُّعَاءِ أَعْجَبَهُ إِلَيْهِ فَيَدْعُو ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan 'Abdullah

Ketika kami berdoa dengan Nabi (صلى الله عليه وسلم) kami biasa berkata, "Selawat bagi Allah dari hamba-hamba-Nya dan damai sejahtera atas ini dan itu." Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Janganlah kamu berkata As-Salam di atas Allah, karena Dia sendiri adalah As-Salam, tetapi katakanlah, at-tahiyatu li l-lahi wa s-salawatu wa t-taiyibat. As-salamu 'alaika aiyuha n-Nabiyu wa rahmatu l-lahi wa barakatuh. As-salamu 'alaina wa 'ala 'ibadi l-lahi s-salihin. (Jika Anda mengatakan ini maka itu akan menjangkau semua budak di surga atau antara langit dan bumi). Ash-hadu al la-ilaha illa l-lah, wa ash-hadu anna Muhammadan `Abduhu wa Rasuluh.' Kemudian pilih doa yang paling Anda sukai dan bacakan." (Lihat Hadis No. 794, 795 & 796).

Comment

Tafsir dari Tashahhud

Riwayat ini dari Sahih al-Bukhari 835 mengungkapkan formulasi yang tepat dari Tashahhud (kesaksian) selama shalat. Para Sahabat awalnya menggunakan frasa "As-Salamu 'ala Allah" (Damai atas Allah), yang dikoreksi oleh Nabi ﷺ, menjelaskan bahwa Allah sendiri adalah As-Salam (Sumber Damai). Ini menunjukkan pentingnya menggunakan atribut ilahi yang tepat ketika menyapa Sang Pencipta.

Formulasi yang dikoreksi dimulai dengan "At-tahiyyatu lillahi..." yang berarti "Semua salam, doa, dan kata-kata murni milik Allah." Ini mengakui bahwa semua bentuk penghormatan dan ibadah pada akhirnya kembali kepada Allah saja. Frasa selanjutnya mengarahkan berkah khusus kepada Nabi ﷺ dan orang-orang beriman yang saleh, menciptakan koneksi spiritual yang komprehensif.

Komentar Ulama tentang Koreksi

Ulama klasik menjelaskan bahwa kata-kata awal Para Sahabat, meskipun bermaksud baik, menyiratkan kebutuhan untuk memberikan damai kepada Allah - yang tidak pantas karena Dia adalah Sumber dan Kesempurnaan Damai. Koreksi ini mengajarkan kita untuk mengarahkan salam kita dengan tepat: kita menegaskan kesempurnaan Allah, mengirimkan berkah kepada Rasul-Nya, dan memperluas salam kepada hamba-hamba yang saleh.

Frasa "Jika kamu mengatakan ini maka itu akan mencapai semua hamba di surga atau antara surga dan bumi" menunjukkan sifat komprehensif dari doa ini. Ketika dibacakan dengan benar, itu mencakup semua orang beriman yang saleh di seluruh ciptaan, menunjukkan persatuan Umat Muslim dalam ibadah.

Implikasi Hukum dan Spiritual

Hadis ini menetapkan kata-kata wajib dari Tashahhud dalam shalat. Ulama dari semua madzhab setuju bahwa formulasi ini penting untuk keabsahan shalat. Izin untuk "memilih doa yang paling kamu sukai" setelah menyelesaikan Tashahhud menunjukkan keseimbangan antara ibadah tetap dan doa pribadi.

Struktur ini mengajarkan kita hierarki penghormatan: pertama kepada Allah, kemudian kepada Nabi-Nya ﷺ, lalu kepada orang-orang beriman yang saleh, dan akhirnya doa pribadi. Urutan ini mencerminkan etika spiritual yang tepat dan mengakui prinsip-prinsip dasar teologi Islam dalam ibadah sehari-hari kita.