حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ نَصْرٍ، قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، قَالَ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، قَالَ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو، أَنَّ أَبَا مَعْبَدٍ، مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ ـ رضى الله عنهما ـ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنَ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم‏.‏ وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوا بِذَلِكَ إِذَا سَمِعْتُهُ‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Warrad

(juru tulis Al-Mughira bin Shu'ba) Suatu kali Al-Mughira mendiktekan kepada saya dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Muawiya bahwa Nabi (صلى الله عليه وسلم) biasa mengucapkan setelah setiap shalat wajib, "La ilaha illa l-lahu wahdahu la sharika lahu, lahu l-mulku wa lahu l-hamdu, wa huwa 'ala kulli shay'in qadir. Allahumma la mani'a lima a'taita, wa la mu'tiya lima mana'ta, wa la yanfa'u dhal-jaddi minka l-jadd. [Tidak ada Tuhan selain Allah, Sendirian, tidak ada mitra bagi-Nya. Kerajaan-Nya dan segala pujian, dan Mahakuasalah Dia. Ya Allah! Tidak ada yang bisa menahan apa yang Engkau berikan, tidak ada yang bisa memberikan apa yang Engkau tahan, dan tidak ada upaya pejuang yang dapat menguntungkan dari-Mu." Dan Al-Hasan berkata, "Al-jadd' berarti kemakmuran [??]."

Comment

Komentar Hadis: Doa Komprehensif Setelah Shalat Wajib

Riwayat ini dari Sahih al-Bukhari (844) melalui Al-Mughira bin Shu'ba menetapkan praktik mendalam Nabi Muhammad (ﷺ) untuk membaca doa komprehensif ini setelah setiap shalat wajib. Pengulangan sistematis setelah setiap shalat fardhu menunjukkan signifikansi spiritualnya yang besar dan konsistensi praktik ibadah Nabi.

Analisis Linguistik dan Teologis

"La ilaha illa l-lahu wahdahu la sharika lahu" menegaskan kembali Keesaan Mutlak Allah (Tauhid), meniadakan segala bentuk syirik (menyekutukan Allah).

"Lahu l-mulku wa lahu l-hamdu" mengakui kedaulatan penuh Allah atas ciptaan dan bahwa segala puji hanya bagi-Nya, mengakui sifat-sifat-Nya yang sempurna.

"Wa huwa `ala kulli shay'in qadir" menekankan kemahakuasaan Allah, memperkuat ketergantungan orang beriman kepada Yang Mahakuasa.

Kebijaksanaan Praktis dalam Doa Sehari-hari

"Allahumma la mani`a lima a`taita" mengajarkan penyerahan total kepada ketetapan Allah, mengakui bahwa tidak ada yang dapat mencegah apa yang Allah kehendaki untuk diberikan.

"Wa la mu`tiya lima mana`ta" memperkuat bahwa tidak ada yang dapat memberikan apa yang Allah tahan, menumbuhkan kepuasan dengan pembagian ilahi.

Klarifikasi oleh Al-Hasan bahwa "al-jadd" berarti kemakmuran atau usaha serius mengingatkan orang beriman bahwa usaha duniawi saja tidak dapat mencapai apa yang tidak ditetapkan Allah, sehingga mengarahkan ketergantungan dengan benar kepada Yang Ilahi.

Manfaat Spiritual dan Implementasi

Dzikir komprehensif ini merangkum esensi monoteisme Islam sambil memberikan kenyamanan psikologis dengan mengingatkan penyembah akan kendali penuh Allah atas urusan.

Para ulama merekomendasikan untuk mempertahankan praktik ini secara konsisten setelah setiap shalat wajib untuk menginternalisasi kebenaran fundamental ini dan memperkuat hubungan seseorang dengan Sang Pencipta sepanjang hari.