Ketika jumlah Muslim meningkat, mereka mendiskusikan pertanyaan tentang bagaimana mengetahui waktu shalat dengan beberapa cara yang sudah dikenal. Beberapa menyarankan agar api dinyalakan (pada saat shalat) dan yang lain mengajukan proposal untuk membunyikan lonceng. Bilal diperintahkan untuk mengucapkan kata-kata Adzan dua kali dan Iqama hanya sekali.
Konteks Historis Adzan
Narasi ini dari Sahih al-Bukhari 606 menggambarkan bimbingan ilahi yang datang untuk menyelesaikan dilema komunitas mengenai waktu salat. Umat Muslim mencari metode yang khas yang akan membedakan mereka dari komunitas agama lain - bukan api kaum musyrik maupun lonceng umat Kristen.
Inspirasi Ilahi
Allah mengilhami Nabi Muhammad (semoga damai besertanya) melalui penglihatan kepada Abdullah bin Zaid, yang melihat seorang pria membawa lonceng. Ketika dia menyatakan keinginan untuk membelinya untuk memanggil salat, malaikat mengajarinya kata-kata Adzan sebagai gantinya. Nabi mengonfirmasi ini sebagai penglihatan yang benar dan memerintahkan Bilal, yang memiliki suara terindah, untuk mengumandangkan Adzan.
Kebijaksanaan dalam Kata-kata
Adzan dimulai dengan "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar) empat kali, menetapkan Tauhid sebagai fondasi. Kesaksian iman ganda menekankan keyakinan inti Islam. Frasa khusus ini membedakan praktik Muslim sambil menyampaikan kebenaran teologis penting kepada pendengar.
Perbedaan Antara Adzan dan Iqamah
Adzan dikumandangkan dua kali untuk setiap frasa untuk menjangkau pendengar yang jauh, sementara Iqamah dibacakan sekali karena ditujukan kepada mereka yang sudah hadir di masjid. Perbedaan praktis ini melayani tujuan komunal dan spiritual dari panggilan salat.