Anas bin Malik Al-Ansari, mengatakan kepada saya, "Abu Bakar biasa memimpin orang-orang dalam shalat selama penyakit fatal Nabi (صلى الله عليه وسلم) sampai hari Senin. Ketika orang-orang berbaris (berbaris) untuk shalat, Nabi (صلى الله عليه وسلم) mengangkat tirai rumahnya dan mulai melihat kami dan berdiri pada saat itu. Wajahnya (berkilauan) seperti halaman Al-Qur'an dan dia tersenyum riang. Kami akan diadili karena senang melihat Nabi, Abu Bakar mundur untuk bergabung dengan barisan karena dia berpikir bahwa Nabi (صلى الله عليه وسلم) akan memimpin shalat. Nabi (صلى الله عليه وسلم) memberi isyarat kepada kami untuk menyelesaikan shalat dan dia membiarkan tirai jatuh. Pada hari yang sama dia meninggal."
Konteks Sejarah
Narasi ini dari Sahih al-Bukhari 680 menggambarkan hari-hari terakhir Nabi Muhammad (ﷺ) selama sakit terminalnya, ketika Abu Bakr (رضي الله عنه) mengambil alih kepemimpinan shalat berjamaah.
Signifikansi Hari Senin
Hari Senin memiliki penting khusus dalam tradisi Islam sebagai hari kelahiran Nabi, awal kenabiannya, dan akhirnya wafatnya - menyelesaikan misi duniawinya.
Penampilan Terakhir Nabi
Deskripsi wajahnya "berkilau seperti halaman Al-Qur'an" menunjukkan cahaya spiritual dan kemurnian yang mendalam yang mencirikan Nabi bahkan di saat-saat terakhirnya, mencerminkan perwujudan lengkapnya dari wahyu Ilahi.
Transisi Kepemimpinan
Mundurnya Abu Bakr ke barisan shalat menunjukkan rasa hormat para sahabat terhadap hierarki kepemimpinan yang tepat dan penghormatan berkelanjutan mereka terhadap otoritas Nabi hingga napas terakhirnya.
Pelajaran Spiritual
Isyarat Nabi untuk melanjutkan shalat di bawah kepemimpinan Abu Bakr menandakan penyelesaian misinya dan pembentukan kelangsungan kepemimpinan Islam melalui para khalifah yang mendapat petunjuk benar.