Seorang pria datang dan berkata, "Wahai Rasulullah (صلى الله عليه وسلم)! Saya menjauhkan diri dari sholat subuh karena ini dan itu (Imam) terlalu memperpanjangnya." Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) menjadi marah dan saya tidak pernah melihatnya lebih marah daripada dia pada hari itu. Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Wahai umat! Beberapa dari Anda membuat orang lain tidak menyukai shalat, jadi siapa pun yang menjadi Imam dia harus mempersingkat shalat, karena di belakangnya ada yang lemah, tua dan yang membutuhkan."
Insiden dan Konteksnya
Narasi ini dari Sahih al-Bukhari 704 menyajikan insiden penting di mana seorang sahabat mendekati Nabi Muhammad (ﷺ) mengungkapkan kesulitannya dalam menghadiri shalat Fajr karena imam memperpanjang secara berlebihan.
Keluhan pria itu bukan tentang shalat itu sendiri tetapi tentang cara pelaksanaannya, menunjukkan bagaimana implementasi yang tidak tepat dapat menghalangi orang dari kewajiban agama.
Reaksi Nabi
Kemarahan Nabi yang belum pernah terjadi sebelumnya menunjukkan betapa seriusnya masalah ini. Kemarahannya tidak ditujukan pada pengadu tetapi pada situasi di mana shalat, yang dimaksudkan untuk mendekatkan orang kepada Allah, menjadi sumber kesulitan.
Reaksi intens ini menekankan betapa seriusnya Islam mengambil penghapusan kesulitan dalam ibadah dan memastikan aksesibilitas bagi semua orang beriman.
Komentar Ulama tentang Tanggung Jawab Imam
Ulama klasik menekankan bahwa seorang Imam harus mempertimbangkan kondisi jamaah. Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari menjelaskan bahwa memperpanjang shalat di luar yang nyaman bagi pengikut adalah makruh (tidak disukai).
Imam al-Nawawi menyatakan dalam Sharh Sahih Muslim bahwa Imam harus menyeimbangkan antara menyempurnakan shalat dan tidak menyebabkan kesulitan bagi mereka di belakangnya, terutama kategori yang disebutkan: yang lemah, lanjut usia, dan yang memiliki kebutuhan.
Aplikasi Praktis
Hadis ini menetapkan prinsip taysir (kemudahan) dalam ibadah Islam. Imam harus membaca bagian yang cukup panjang dalam Fajr, mempersingkat periode berdiri, dan menghindari perpanjangan yang tidak perlu.
Penyebutan kelompok spesifik - lemah, tua, membutuhkan - menunjukkan bahwa Imam harus sangat memperhatikan mereka yang mungkin kesulitan, termasuk pekerja, pelajar, orang tua dengan anak kecil, dan mereka dengan kondisi kesehatan.
Implikasi Lebih Luas
Ajaran ini melampaui shalat ke semua kepemimpinan agama - ulama dan guru harus membuat pengetahuan dapat diakses, bukan memberatkan. Prinsip ini mencegah kelebihan yang dapat menjauhkan orang dari agama.
Insiden ini mengajarkan bahwa praktik keagamaan harus mengundang daripada menolak, mewujudkan deskripsi Al-Qur'an tentang Islam sebagai "Dia tidak menjadikan kesulitan apa pun dalam agama bagi kamu" (Quran 22:78).