حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ، حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ بَيْنَمَا أَنَا وَالنَّبِيُّ، صلى الله عليه وسلم خَارِجَانِ مِنَ الْمَسْجِدِ فَلَقِيَنَا رَجُلٌ عِنْدَ سُدَّةِ الْمَسْجِدِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا ‏"‏ فَكَأَنَّ الرَّجُلَ اسْتَكَانَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا كَبِيرَ صِيَامٍ وَلاَ صَلاَةٍ وَلاَ صَدَقَةٍ، وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ‏.‏ قَالَ ‏"‏ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Anas bin Malik

Ketika Nabi (ﷺ) dan saya keluar dari masjid, seorang pria menemui kami di luar gerbang. Pria itu berkata, "Wahai Rasulullah (ﷺ)! Kapan Jamnya?" Nabi (ﷺ) bertanya kepadanya, "Apa yang telah kamu persiapkan untuk itu?" Pria itu menjadi takut dan malu dan kemudian berkata, "Wahai Rasulullah (ﷺ)! Saya belum mempersiapkan banyak puasa, doa atau hadiah amal tetapi saya mencintai Allah dan Rasul-Nya." Nabi (ﷺ) bersabda, "Engkau akan bersama orang yang engkau kasihi."

Comment

Komentar Hadis: Persahabatan dengan yang Tercinta

Riwayat yang diberkati ini dari Sahih al-Bukhari (7153) mengandung hikmah mendalam mengenai Hari Kiamat dan realitas spiritual cinta ilahi. Pertanyaan pria tentang Saat mencerminkan keingintahuan manusia tentang hal-hal eskatologis, tetapi respons Nabi mengarahkannya pada apa yang benar-benar penting: persiapan spiritual.

Sifat Pertanyaan

Para ulama mencatat bahwa pertanyaan tentang waktu Saat adalah hal biasa, namun Nabi secara konsisten menekankan spiritualitas praktis daripada pengetahuan spekulatif. Seperti yang dikomentari Imam al-Nawawi, "Respons bijak mengalihkan dari pengetahuan teoretis ke penerapan praktis."

Fokus awal pria pada waktu Saat mencerminkan kecemasan manusia tentang yang tidak diketahui, sementara pertanyaan balik Nabi menyentuh inti iman: persiapan melalui amal saleh.

Keadaan Spiritual Penanya

Pengakuan pria tentang memiliki sedikit amal ibadah formal menunjukkan kerendahan hati dan kesadaran diri. Pernyataan cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mengungkap fondasi iman sejati.

Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam Fath al-Bari: "Pengakuannya tentang kurangnya amal yang banyak menunjukkan ketulusan, sementara cintanya membentuk inti iman. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah akar dari mana semua amal baik tumbuh."

Janji Kenabian

"Kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai" mengandung banyak lapisan makna. Al-Qurtubi menyatakan: "Persahabatan ini terjadi dalam tiga alam: di kubur, selama kebangkitan, dan akhirnya di Surga."

Prinsip ini berlaku secara universal - afiliasi spiritual seseorang menentukan tujuan akhir mereka. Seperti yang dijelaskan Imam al-Ghazali: "Cinta mengharuskan mengikuti yang tercinta dalam karakter dan perilaku. Cinta sejati terwujud dalam peneladanan Sunnah Nabi."

Implikasi Praktis

Hadis ini mengajarkan bahwa meskipun amal saleh penting, mereka harus berakar pada cinta tulus kepada Allah dan Rasul-Nya. Para Sahabat memahami ini secara mendalam - seperti yang dilaporkan Anas ibn Malik, "Kami lebih bersukacita dengan pernyataan ini daripada apa pun."

Para ulama menekankan bahwa cinta kepada Nabi harus diterjemahkan menjadi mengikuti bimbingannya sepenuhnya. Seperti yang dinyatakan Ibn Rajab al-Hanbali: "Cinta tanpa mengikuti hanyalah klaim, sementara mengikuti tanpa cinta hanyalah tiruan tanpa roh."