حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، يَقُولُ لاِمْرَأَةٍ مِنْ أَهْلِهِ تَعْرِفِينَ فُلاَنَةَ قَالَتْ نَعَمْ‏.‏ قَالَ فَإِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم مَرَّ بِهَا وَهْىَ تَبْكِي عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ ‏"‏ اتَّقِي اللَّهَ وَاصْبِرِي ‏"‏‏.‏ فَقَالَتْ إِلَيْكَ عَنِّي، فَإِنَّكَ خِلْوٌ مِنْ مُصِيبَتِي‏.‏ قَالَ فَجَاوَزَهَا وَمَضَى فَمَرَّ بِهَا رَجُلٌ فَقَالَ مَا قَالَ لَكِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم‏.‏ قَالَتْ مَا عَرَفْتُهُ قَالَ إِنَّهُ لَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ فَجَاءَتْ إِلَى بَابِهِ فَلَمْ تَجِدْ عَلَيْهِ بَوَّابًا فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا عَرَفْتُكَ‏.‏ فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ إِنَّ الصَّبْرَ عِنْدَ أَوَّلِ صَدْمَةٍ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Thabit Al-Bunani

Anas bin Malik berkata kepada seorang wanita dari keluarganya, "Apakah kamu mengenal wanita ini dan itu?" Dia menjawab, "Ya." Dia berkata, "Nabi (ﷺ) melewatinya ketika dia menangis di atas kuburan, dan dia berkata kepadanya, 'Takutlah kepada Allah dan bersabarlah.' Wanita itu berkata (kepada Nabi). 'Pergilah dariku, karena kamu tidak mengetahui malapetakaku.'" Anas menambahkan, "Nabi (ﷺ) meninggalkannya dan melanjutkan. Seorang pria melewatinya dan bertanya kepadanya, 'Apa yang dikatakan Rasulullah (ﷺ) kepadamu?' Dia menjawab, 'Saya tidak mengenalinya.' Pria itu berkata, 'Dia adalah Rasulullah (ﷺ).'' Anas menambahkan, "Maka wanita itu datang ke pintu gerbang Nabi (ﷺ) dan dia tidak menemukan penjaga gerbang di sana, dan dia berkata, 'Wahai Rasulullah (ﷺ)! Demi Allah. Aku tidak mengenalimu!' Nabi bersabda, 'Tidak diragukan lagi, kesabaran adalah pada pukulan pertama dari bencana.'"

Comment

Komentar Hadis dari Sahih al-Bukhari

Riwayat ini dari Sahih al-Bukhari 7154 dalam Kitab Hukum (Ahkaam) mengandung hikmah mendalam mengenai kesabaran selama musibah dan perilaku Islami yang tepat saat menghadapi cobaan.

Insiden dan Konteksnya

Nabi (ﷺ) menemui seorang wanita yang menangis berlebihan di atas kuburan, yang menunjukkan ini lebih dari sekadar kesedihan alami melainkan ratapan yang berlebihan yang melanggar ajaran Islam.

Nasihat awalnya "Takutlah kepada Allah dan bersabarlah" mewakili respons Islami mendasar terhadap musibah - kesadaran akan Allah disertai keteguhan.

Analisis Ilmiah atas Respons Wanita

Tanggapan tajam wanita itu menunjukkan bagaimana kesedihan yang luar biasa dapat mengaburkan penilaian dan pengenalan seseorang, bahkan menyebabkan berbicara tidak pantas kepada Utusan Allah.

Penarikan diri Nabi tanpa teguran menunjukkan karakter agungnya dan pemahaman akan kelemahan manusia selama kesusahan.

Inti Kesabaran (Sabr)

Pernyataan definitif Nabi "Kesabaran adalah pada pukulan pertama musibah" menetapkan bahwa sabr sejati muncul segera ketika tragedi terjadi, bukan setelah gejolak emosi mereda.

Ajaran ini menekankan bahwa reaksi awal terhadap kemalangan adalah ukuran sejati iman dan kepercayaan seseorang pada ketetapan Allah.

Implikasi Hukum dan Spiritual

Tangisan berlebihan dan ratapan keras di atas kuburan dilarang karena menunjukkan ketidakpuasan dengan ketetapan Allah dan kelemahan dalam iman.

Insiden ini menunjukkan pentingnya mempertahankan perilaku yang tepat bahkan dalam kesedihan dan perlunya kesabaran segera sebagai ibadah.

Permintaan maaf wanita itu kemudian menunjukkan pentingnya memperbaiki kesalahan dan menunjukkan rahmat yang melekat dalam ajaran Islam.