حَدَّثَنَا آدَمُ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عُمَيْرٍ، سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي بَكْرَةَ، قَالَ كَتَبَ أَبُو بَكْرَةَ إِلَى ابْنِهِ وَكَانَ بِسِجِسْتَانَ بِأَنْ لاَ تَقْضِيَ بَيْنَ اثْنَيْنِ وَأَنْتَ غَضْبَانُ، فَإِنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ‏"‏ لاَ يَقْضِيَنَّ حَكَمٌ بَيْنَ اثْنَيْنِ وَهْوَ غَضْبَانُ ‏"‏‏.‏
Salin
Diriwayatkan 'Abdullah bin 'Umar

Bahwa dia telah menceraikan istrinya selama haid. 'Umar menyebutkan hal itu kepada Nabi. Rasul Allah menjadi marah dan berkata, "Dia harus membawanya kembali (istrinya) dan menjaganya bersamanya sampai dia bersih dari haidnya dan kemudian menunggu sampai dia mendapatkan haid berikutnya dan menjadi bersih lagi darinya dan hanya setelah itu, jika dia ingin menceraikannya, dia boleh melakukannya."