حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ كَانَ مُحَمَّدُ بْنُ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ يُحَدِّثُ أَنَّهُ بَلَغَ مُعَاوِيَةَ وَهْوَ عِنْدَهُ فِي وَفْدٍ مِنْ قُرَيْشٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو يُحَدِّثُ أَنَّهُ سَيَكُونُ مَلِكٌ مِنْ قَحْطَانَ فَغَضِبَ، فَقَامَ فَأَثْنَى عَلَى اللَّهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ، ثُمَّ قَالَ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّهُ بَلَغَنِي أَنَّ رِجَالاً مِنْكُمْ يُحَدِّثُونَ أَحَادِيثَ لَيْسَتْ فِي كِتَابِ اللَّهِ، وَلاَ تُؤْثَرُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَأُولَئِكَ جُهَّالُكُمْ، فَإِيَّاكُمْ وَالأَمَانِيَّ الَّتِي تُضِلُّ أَهْلَهَا، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ‏"‏ إِنَّ هَذَا الأَمْرَ فِي قُرَيْشٍ، لاَ يُعَادِيهِمْ أَحَدٌ إِلاَّ كَبَّهُ اللَّهُ عَلَى وَجْهِهِ مَا أَقَامُوا الدِّينَ ‏"‏‏.‏ تَابَعَهُ نُعَيْمٌ عَنِ ابْنِ الْمُبَارَكِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرٍ‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Muhammad bin Jubair bin Mut'im

Bahwa ketika dia termasuk dalam delegasi Quraisy yang tinggal bersama Muawiya, Muawiya mendengar bahwa 'Abdullah bin 'Amr telah mengatakan bahwa akan ada seorang raja dari suku Qahtan, dan kemudian dia menjadi sangat marah. Dia berdiri, dan setelah memuliakan dan memuji Allah sebagaimana yang pantas Dia dapatkan, berkata, "Untuk melanjutkan, aku telah mengetahui bahwa beberapa dari kamu menceritakan hal-hal yang tidak ada dalam Kitab Allah, dan tidak disebutkan oleh Rasulullah (ﷺ). Orang-orang seperti itu adalah orang bodoh di antara kamu. Waspadalah terhadap keinginan-yang menyesatkan mereka yang memilikinya. Aku telah mendengar Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Masalah ini (kekhalifahan) akan tetap berada di tangan Quraisy, dan tidak ada yang akan memberontak terhadap mereka, tetapi Allah akan menjatuhkannya di mukanya selama mereka berpegang teguh pada aturan dan peraturan agama (Islam).'"

Comment

Latar Belakang Kontekstual

Narasi ini dari Sahih al-Bukhari 7139 terjadi selama kekhalifahan Mu'awiyah ibn Abi Sufyan ketika delegasi dari Quraish mengunjunginya. Insiden ini menyoroti sensitivitas politik dan teologis seputar kepemimpinan dalam Islam.

Analisis Teks Hadis

Nabi Muhammad (ﷺ) menyatakan: "Urusan (kekhalifahan) ini akan tetap berada di tangan Quraish, dan tidak ada yang akan memberontak terhadap mereka, tetapi Allah akan menjatuhkannya dengan wajahnya selama mereka tetap berpegang pada aturan dan peraturan agama (Islam)."

Ini menetapkan bahwa kepemimpinan politik dalam komunitas Islam secara sah milik Quraish, asalkan mereka mempertahankan kepatuhan terhadap hukum dan prinsip Islam.

Komentar Ilmiah

Ulama klasik menjelaskan bahwa hadis ini menetapkan hak eksklusif suku Quraish atas kekhalifahan berdasarkan garis keturunan dan penerimaan awal mereka terhadap Islam. Hak istimewa ini bersyarat pada penegakan hukum Islam oleh mereka.

Frasa "Allah akan menjatuhkannya dengan wajahnya" menunjukkan hukuman ilahi bagi mereka yang memberontak terhadap kepemimpinan Quraishi yang sah sementara mereka tetap menjadi penguasa yang adil.

Kemarahan Mu'awiyah atas penyebutan Abdullah bin Amr tentang raja Qahtani mencerminkan pentingnya melestarikan tradisi kenabian yang otentik terhadap spekulasi politik yang tidak sah.

Implikasi Hukum

Narasi ini membentuk bukti dasar dalam yurisprudensi politik Islam mengenai kualifikasi kepemimpinan yang sah.

Syarat "selama mereka tetap berpegang pada aturan dan peraturan agama" menunjukkan bahwa hak Quraish untuk memerintah bergantung pada keadilan dan kepatuhan mereka terhadap Syariah.

Ulama mencatat bahwa hadis ini tidak memberikan otoritas mutlak kepada Quraish tetapi menetapkan prioritas mereka ketika kualifikasi lain setara.