Saya melihat Safwan dan Jundab dan teman-teman Safwan ketika Jundab memberi nasihat. Mereka berkata, "Apakah kamu mendengar sesuatu dari Rasulullah (ﷺ)?" Jundab berkata, "Aku mendengar dia berkata, 'Barangsiapa berbuat baik untuk pamer, Allah akan mengungkapkan niatnya pada hari kiamat (di hadapan umat), dan barangsiapa menempatkan orang-orang dalam kesulitan, Allah akan menempatkannya dalam kesulitan pada hari kiamat.'" Orang-orang berkata (kepada Jundab), "Nasihatkan kami." Dia berkata, "Hal pertama dari tubuh manusia yang harus disucikan adalah 'Perut, jadi dia yang tidak bisa makan apa-apa selain makanan enak (Halal dan diperoleh secara sah) harus melakukannya, dan dia yang melakukan sebanyak yang dia bisa sehingga tidak ada yang mengganggu antara dia dan Surga dengan tidak menumpahkan segenggam darah, (yaitu membunuh) harus melakukannya."
Eksposisi Hadis tentang Keikhlasan dan Rezeki yang Halal
Narasi mulia dari Sahih al-Bukhari ini mengandung hikmah mendalam mengenai pemurnian niat dan perbuatan seseorang. Bagian pertama membahas masalah serius dari riya' dalam ibadah, di mana Nabi ﷺ memperingatkan bahwa Allah akan mengungkap niat tersembunyi dari mereka yang melakukan perbuatan untuk dilihat orang. Ini berfungsi sebagai pengingat kuat bahwa semua tindakan ibadah harus semata-mata untuk keridhaan Allah.
Komentar Ulama tentang Niat dan Konsekuensi
Bagian kedua membahas keadilan ilahi - siapa pun yang menyebabkan kesulitan pada orang lain akan menghadapi kesulitan yang sesuai dari Allah pada Hari Kiamat. Ini menetapkan prinsip Islam tentang keadilan timbal balik di akhirat, mendorong Muslim untuk memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan keadilan.
Nasihat Jundab selanjutnya menekankan pentingnya mendasar mengonsumsi rezeki yang halal, karena nutrisi dari makanan tersebut menjadi fondasi untuk semua perbuatan berikutnya. Para ulama menjelaskan bahwa ketika seseorang mengonsumsi makanan yang haram, itu merusak substansi dari mana perbuatan baik muncul.
Kesucian Kehidupan Manusia
Nasihat terakhir mengenai menghindari pertumpahan darah menekankan nilai tertinggi kehidupan manusia dalam Islam. Ungkapan "tidak menumpahkan bahkan segenggam darah" dengan kuat menggambarkan bahwa mengambil satu nyawa secara tidak adil menciptakan penghalang besar antara pelaku dan Surga. Komentator klasik menekankan bahwa ini mencakup semua bentuk pembunuhan dan penindasan yang tidak sah.