Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Ada sebuah gerbang di surga yang disebut Ar-Raiyan, dan mereka yang berpuasa akan masuk melaluinya pada hari kiamat dan tidak ada kecuali mereka yang akan masuk melaluinya. Akan dikatakan, 'Di manakah orang-orang yang biasa berpuasa?' Mereka akan bangun, dan tidak ada kecuali mereka yang akan masuk melaluinya. Setelah mereka masuk, gerbang akan ditutup dan tidak ada yang akan masuk melaluinya."
Eksposisi Hadis tentang Pintu Ar-Raiyan
Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari (1896) mengenai kitab Puasa mengungkapkan realitas spiritual yang mendalam tentang pahala bagi mereka yang dengan setia menjalankan puasa wajib dan sunnah dalam Islam.
Kehormatan Khusus bagi Orang yang Berpuasa
Nabi (ﷺ) memberitahu kita tentang sebuah pintu di Surga yang secara eksklusif ditunjuk bagi mereka yang berpuasa. Pintu masuk eksklusif ini menandakan status khusus dan kehormatan yang Allah berikan kepada mereka yang menahan diri dari keinginan yang halal demi-Nya.
Nama "Ar-Raiyan" secara linguistik terkait dengan kepuasan dan penghilangan dahaga, menunjukkan bahwa mereka yang menahan dahaga dan lapar di dunia ini akan sepenuhnya puas dan terpuaskan di Akhirat.
Panggilan dan Masuk Eksklusif
Pada Hari Kebangkitan, ketika panggilan dibuat khusus bagi mereka yang berpuasa, mereka akan bangkit dan masuk melalui pintu ini saja. Pengakuan publik ini di hadapan semua ciptaan menunjukkan kehormatan yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang berpuasa.
Penutupan pintu setelah masuk mereka menekankan eksklusivitas kehormatan ini - tidak ada kelompok penyembah lain yang akan berbagi pintu masuk khusus ini, menjadikannya unik bagi orang-orang yang berpuasa.
Implikasi Spiritual
Hadis ini berfungsi sebagai dorongan besar bagi Muslim untuk bertahan dalam berpuasa, mengetahui bahwa kekurangan sementara mereka di dunia ini mengarah pada kehormatan dan keistimewaan abadi di Akhirat.
Para ulama menjelaskan bahwa kehormatan ini mencakup baik mereka yang menjalankan puasa wajib Ramadan maupun mereka yang tambahan menjalankan puasa sunnah, dengan tingkat kehormatan yang sesuai dengan kuantitas dan kualitas puasa seseorang.