حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ سُلَيْمَانَ، قَالَ سَمِعْتُ أَبَا وَائِلٍ، قَالَ سَمِعْتُ مَسْرُوقًا، قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَمْ يَكُنْ فَاحِشًا وَلاَ مُتَفَحِّشًا وَقَالَ ‏"‏ إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَىَّ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا ‏"‏‏.‏ وَقَالَ ‏"‏ اسْتَقْرِئُوا الْقُرْآنَ مِنْ أَرْبَعَةٍ مِنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، وَسَالِمٍ مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ، وَأُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ، وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan 'Abdullah bin 'Amr

Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) tidak berbicara dengan cara yang menghina dan tidak pernah berbicara jahat dengan sengaja. Dia biasa berkata, "Yang paling saya cintai di antara Anda adalah orang yang memiliki karakter dan sopan santun terbaik." Dia menambahkan, "Belajarlah Al-Qur'an dari (salah satu dari mereka) empat orang. 'Abdullah bin Mas'ud, Salim budak Abu Hudhaifa yang dibebaskan, Ubai bin Ka'b, dan Mu'adh bin Jabal."

Comment

Paparan Karakter Mulia Nabi

Rasulullah (ﷺ) dibedakan oleh karakternya yang sempurna, menjauhi ucapan kotor dan kejahatan yang disengaja. Larangan-Nya terhadap ucapan menghina (sabb) dan ucapan jahat menekankan penekanan Islam pada menjaga lisan. Yang paling dicintai olehnya adalah mereka yang memiliki karakter unggul, menunjukkan bahwa keunggulan spiritual diukur oleh perilaku moral daripada sekadar pelaksanaan ritual.

Keunggulan dalam Pengajaran Al-Qur'an

Nabi secara khusus menunjuk empat sahabat untuk pengajaran Al-Qur'an: Abdullah bin Mas'ud, Salim (mantan budak Abu Hudhaifa), Ubai bin Ka'b, dan Mu'adh bin Jabal. Pemilihan ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak dibatasi oleh keturunan atau status sosial, karena Salim adalah mantan budak. Individu-individu ini dipilih karena pemahaman mendalam mereka, bacaan yang akurat, dan kemampuan untuk menyampaikan makna Al-Qur'an dengan benar.

Para ulama mencatat bahwa setiap sahabat ini memiliki keunggulan unik: Ibn Mas'ud dalam pemahaman, Salim dalam kemurnian bacaan, Ubai dalam pengetahuan tentang ayat-ayat yang dihapus, dan Mu'adh dalam pemahaman hukum. Keahlian kolektif mereka mencakup aspek-aspek penting ilmu Al-Qur'an, menjadikan mereka guru yang ideal bagi komunitas Muslim.

Implikasi Hukum dan Spiritual

Narasi ini menetapkan beberapa prinsip penting: kewajiban untuk mempelajari Al-Qur'an dari guru yang berkualifikasi, kebolehan belajar dari berbagai sumber, dan pengakuan atas merit berbasis pengetahuan di atas status duniawi. Penekanan Nabi pada karakter bersama dengan pengetahuan Al-Qur'an menunjukkan bahwa pendidikan agama yang tepat harus menumbuhkan pengetahuan eksternal dan penyempurnaan internal.