حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ يُونُسَ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ أَبُو سَلَمَةَ إِنَّ عَائِشَةَ ـ رضى الله عنها ـ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَوْمًا ‏"‏ يَا عَائِشَ، هَذَا جِبْرِيلُ يُقْرِئُكِ السَّلاَمَ ‏"‏‏.‏ فَقُلْتُ وَعَلَيْهِ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، تَرَى مَا لاَ أَرَى‏.‏ تُرِيدُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan 'Aisha

Bahwa dia meminjam kalung dari Asma dan itu hilang. Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) mengirim beberapa sahabatnya untuk mencarinya. Selama perjalanan mereka, waktu shalat telah tiba dan mereka berdoa tanpa wudhu. Ketika mereka kembali kepada Nabi (صلى الله عليه وسلم) mereka mengeluh tentang hal itu. Jadi Ayat Ilahi Tayammum diturunkan. Usaid bin Hudair berkata (kepada 'Aisha), "Semoga Allah memberimu hadiah yang lumayan. Demi Allah, setiap kali kamu mengalami kesulitan, Allah membawa kamu keluar dari sana dan membawa bersamanya, sebuah Rahmat bagi umat Islam."

Comment

Sahabat Nabi

Sahih al-Bukhari 3773

Konteks Narasi

Narasi yang diberkati ini dari Ibu Orang-Orang Beriman, 'Aisyah (semoga Allah meridainya), menceritakan insiden di mana dia meminjam kalung dari Asma' yang kemudian hilang. Nabi (ﷺ) mengutus sahabat untuk mencarinya, yang mengarah pada wahyu ilahi Tayammum ketika mereka menghadapi waktu salat tanpa air untuk wudhu.

Komentar Ilmiah

Kebijaksanaan Allah terwujud dalam insiden ini, menunjukkan bagaimana kesulitan individu dapat menjadi sumber rahmat ilahi bagi seluruh Umat. Pernyataan Usaid bin Hudair merangkum kebenaran mendalam ini - mengakui bagaimana Allah mendatangkan berkah melalui ujian hamba-hamba-Nya yang saleh.

Implikasi hukum menetapkan Tayammum sebagai metode penyucian yang sah ketika air tidak tersedia atau penggunaannya berbahaya. Konsesi ilahi ini mencerminkan kemudahan dan kepraktisan yurisprudensi Islam, mengakomodasi kebutuhan manusia yang sejati sambil mempertahankan kewajiban spiritual.

Wawasan Spiritual

Insiden ini mengajarkan Muslim untuk memandang kesulitan melalui lensa kebijaksanaan ilahi. Apa yang tampak sebagai kesulitan mungkin menyembunyikan berkah yang besar. Keluhan awal para sahabat berubah menjadi rasa syukur setelah menyadari manfaat abadi yang berasal dari ketidaknyamanan sementara mereka.

Narasi ini juga menyoroti status tinggi rumah tangga Nabi, yang pengalaman pribadinya sering menjadi sumber legislasi ilahi bagi komunitas Muslim, menunjukkan peran sentral mereka dalam bimbingan Islam.