Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Jika saya mengambil seorang Khalil, saya akan menganggapnya (yaitu Abu Bakar) sebagai seorang Khalil, tetapi persaudaraan Islam lebih baik."
Teks & Konteks Hadis
Nabi (ﷺ) bersabda, "Jika aku hendak mengambil seorang Khalil, aku akan mengambilnya (yaitu Abu Bakar) sebagai Khalil, tetapi persaudaraan Islam lebih baik." (Sahih al-Bukhari 3657)
Pernyataan mendalam ini diriwayatkan oleh Abu Sa'id al-Khudri dan muncul dalam Kitab Sahabat Nabi di Sahih al-Bukhari, menyoroti status khusus Abu Bakar al-Siddiq.
Makna "Khalil"
Istilah "Khalil" merujuk pada persahabatan intim dan eksklusif tingkat tertinggi - seorang sahabat karib yang cintanya meresap ke dalam hati. Dalam tradisi Islam, Nabi Ibrahim (Abraham) disebut "Khalilullah" (sahabat karib Allah).
Dengan menyatakan dia akan memilih Abu Bakar sebagai Khalil-nya, Nabi (ﷺ) menunjukkan bahwa Abu Bakar memiliki kualifikasi tertinggi untuk persahabatan spiritual yang intim seperti itu.
Keunggulan Persaudaraan Islam
Nabi (ﷺ) segera mengkualifikasi pernyataannya dengan menekankan bahwa ikatan persaudaraan Islam lebih unggul daripada persahabatan eksklusif. Ini mencerminkan sifat komprehensif Islam yang melampaui keterikatan pribadi.
Persaudaraan Islam mencakup semua orang beriman dalam ikatan universal iman, rahmat, dan tanggung jawab timbal balik, mencegah segala eksklusivitas yang dapat memecah belah komunitas Muslim.
Status Terkemuka Abu Bakar
Hadis ini menetapkan posisi utama Abu Bakar di antara semua sahabat. Para ulama mencatat bahwa jika Nabi akan memilih siapa pun untuk persahabatan intim seperti itu, itu akan menjadi Abu Bakar, menunjukkan kebajikannya yang tak tertandingi.
Ibn Hajar al-Asqalani berkomentar bahwa ini menunjukkan keunggulan Abu Bakar atas semua sahabat lainnya dalam kualitas-kualitas yang membuat seseorang layak untuk persahabatan dekat dengan Nabi.
Pelajaran Praktis
Muslim harus memupuk persaudaraan yang tulus dengan semua orang beriman sambil mengakui status khusus pendahulu yang saleh seperti Abu Bakar al-Siddiq.
Ajaran ini mendorong orang beriman untuk menyeimbangkan persahabatan pribadi dengan kewajiban komunal yang lebih luas, memastikan bahwa hubungan eksklusif tidak mengorbankan kesatuan Umat Muslim.