Seorang pria bertanya kepada Nabi (صلى الله عليه وسلم) tentang Jam (yaitu Hari Penghakiman) dengan mengatakan, "Kapan Jam?" Nabi (صلى الله عليه وسلم) berkata, "Apa yang telah kamu persiapkan untuk itu?" Orang itu berkata, "Tidak ada, kecuali aku mencintai Allah dan Rasul-Nya." Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Engkau akan bersama orang-orang yang engkau kasihi." Kami tidak pernah begitu gembira ketika mendengar perkataan Nabi itu (yaitu, "Engkau akan bersama mereka yang engkau kasihi.") Oleh karena itu, saya mencintai Nabi, Abu Bakar dan 'Umar, dan saya berharap bahwa saya akan bersama mereka karena cinta saya kepada mereka meskipun perbuatan saya tidak mirip dengan mereka.
Keunggulan Mencintai Orang-Orang Saleh
Narasi yang diberkati ini dari Sahih al-Bukhari (3688) mengungkapkan hikmah yang mendalam mengenai Hari Kiamat. Ketika penanya menanyakan tentang waktunya, Nabi (ﷺ) mengalihkannya kepada apa yang benar-benar penting: persiapan spiritual. Ini menunjukkan bahwa mengetahui waktu pasti Hari Kiamat kurang bermanfaat daripada mempersiapkannya melalui amal saleh dan cinta tulus kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kekuatan Cinta yang Tulus
Pengakuan pria itu tentang mencintai Allah dan Rasul-Nya, meskipun tidak memiliki persiapan lain yang menonjol, menyoroti nilai luar biasa dari cinta sejati dalam Islam. Cinta ini bukan sekadar emosi tetapi mencakup ketaatan, mengikuti Sunnah, dan memprioritaskan apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Tanggapan Nabi—"Kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai"—menetapkan prinsip dasar: persahabatan spiritual di Akhirat ditentukan oleh cinta yang berakar pada iman. Cinta ini menciptakan koneksi spiritual yang melampaui amal individu seseorang.
Pemahaman dan Penerapan Sahabat
Komentar penutup Anas ibn Malik menunjukkan bagaimana para Sahabat segera menerapkan ajaran ini. Kegembiraan luar biasa mereka setelah mendengar hadis ini berasal dari pengakuan akan rahmat besar yang dikandungnya. Mereka memahami bahwa mencintai Nabi (ﷺ) dan penerusnya yang saleh seperti Abu Bakar dan Umar dapat meningkatkan kedudukan mereka di Akhirat.
Narasi ini mendorong umat Islam untuk menumbuhkan cinta tulus kepada Nabi (ﷺ) dan para pendahulu yang saleh, sambil secara bersamaan berusaha meneladani perbuatan teladan mereka. Cinta yang disebutkan bukan pengganti tindakan tetapi fondasi yang menginspirasi perilaku saleh.