حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، قَالَ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيُّ الْقُرَشِيُّ الإِسْكَنْدَرَانِيُّ، قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو حَازِمِ بْنُ دِينَارٍ، أَنَّ رِجَالاً، أَتَوْا سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ السَّاعِدِيَّ، وَقَدِ امْتَرَوْا فِي الْمِنْبَرِ مِمَّ عُودُهُ فَسَأَلُوهُ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ وَاللَّهِ إِنِّي لأَعْرِفُ مِمَّا هُوَ، وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ أَوَّلَ يَوْمٍ وُضِعَ، وَأَوَّلَ يَوْمٍ جَلَسَ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِلَى فُلاَنَةَ ـ امْرَأَةٍ قَدْ سَمَّاهَا سَهْلٌ ـ ‏"‏ مُرِي غُلاَمَكِ النَّجَّارَ أَنْ يَعْمَلَ لِي أَعْوَادًا أَجْلِسُ عَلَيْهِنَّ إِذَا كَلَّمْتُ النَّاسَ ‏"‏‏.‏ فَأَمَرَتْهُ فَعَمِلَهَا مِنْ طَرْفَاءِ الْغَابَةِ ثُمَّ جَاءَ بِهَا، فَأَرْسَلَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَأَمَرَ بِهَا فَوُضِعَتْ هَا هُنَا، ثُمَّ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم صَلَّى عَلَيْهَا، وَكَبَّرَ وَهْوَ عَلَيْهَا، ثُمَّ رَكَعَ وَهْوَ عَلَيْهَا، ثُمَّ نَزَلَ الْقَهْقَرَى فَسَجَدَ فِي أَصْلِ الْمِنْبَرِ ثُمَّ عَادَ، فَلَمَّا فَرَغَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ ‏"‏ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا صَنَعْتُ هَذَا لِتَأْتَمُّوا وَلِتَعَلَّمُوا صَلاَتِي ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Jabir bin 'Abdullah

Nabi (صلى الله عليه وسلم) biasa berdiri di dekat batang pohon kurma (saat menyampaikan khotbah). Ketika mimbar ditempatkan untuknya, kami mendengar tangisan batang itu seperti unta betina yang hamil sampai Nabi (صلى الله عليه وسلم) turun dari mimbar dan meletakkan tangannya di atasnya.

Comment

Batang Pohon Kurma yang Menangis: Sebuah Komentar tentang Sahih al-Bukhari 918

Narasi ini dari Kitab Shalat Jumat dalam Sahih al-Bukhari mengandung hikmah yang mendalam dan menunjukkan tanda-tanda mukjizat kebenaran Nabi. Batang pohon kurma awalnya berfungsi sebagai mimbarnya (mimbar), dan ketika mimbar yang layak dibangun, batang itu merindukan kedekatannya, mengeluarkan suara ratapan.

Signifikansi Mukjizat

Peristiwa ini merupakan salah satu mukjizat jelas (mu'jizat) yang diberikan kepada Nabi Muhammad (ﷺ), di mana benda mati menunjukkan kesadaran dan cinta kepadanya. Sama seperti hewan dan manusia memberikan kesaksian atas kenabiannya, begitu pula batang pohon kurma ini.

Para ulama menjelaskan bahwa ini menunjukkan bagaimana semua ciptaan mengenali dan memuliakan Allah, dan bagaimana kehadiran Nabi membawa berkah (barakah) kepada segala sesuatu di sekitarnya. Tangisan batang itu menunjukkan sifat peka semua ciptaan dalam cara mereka sendiri bertasbih (memuliakan Allah).

Interpretasi Ulama

Imam al-Qurtubi menyatakan bahwa mukjizat ini menunjukkan keunggulan Nabi (ﷺ) dan bagaimana bahkan pohon-pohon mengenali derajatnya. Suara yang menyerupai unta hamil menunjukkan intensitas kerinduannya.

Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam Fath al-Bari bahwa peristiwa ini terjadi di hadapan seluruh jemaah, menjadikannya mukjizat yang disaksikan publik. Tanggapan Nabi dengan menghibur batang itu menunjukkan belas kasihannya terhadap semua ciptaan.

Para ulama mencatat bahwa insiden ini juga menetapkan kebolehan menggunakan mimbar untuk khutbah dan mengonfirmasi status khusus benda-benda yang terkait dengan ibadah dan kedekatan dengan orang-orang saleh.

Pelajaran Spiritual

Ajaran ini mengingatkan orang beriman akan status unik Nabi dan mendorong cinta kepadanya. Ini menunjukkan bahwa koneksi sejati dengan Allah terwujud dalam koneksi dengan Utusan-Nya.

Insiden ini mengajarkan kita tentang kesadaran ciptaan dan tanggung jawab kita sebagai khalifah (pengelola) di bumi. Jika batang pohon kurma bisa merasakan keterikatan seperti itu kepada Nabi, betapa lebihnya manusia harus menumbuhkan cinta kepadanya.

Pada akhirnya, mukjizat ini mengonfirmasi kebenaran Islam dan memberikan penghiburan kepada orang beriman bahwa cinta mereka kepada Nabi (ﷺ) dibalas dengan rahmat Allah dan tanda-tanda dalam ciptaan.