Beberapa harta benda atau sesuatu dibawa kepada Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) dan dia membagikannya. Dia memberi kepada beberapa orang dan mengabaikan yang lain. Kemudian dia mendapat berita bahwa dia ditegur oleh orang-orang yang dia abaikan. Maka dia memuliakan dan memuji Allah dan berkata, "Amma ba'du. Demi Allah, aku boleh memberi kepada seseorang dan mengabaikan orang lain, meskipun orang yang aku abaikan lebih dicintai bagiku daripada orang yang aku berikan. Tetapi saya memberikan kepada beberapa orang karena saya merasa bahwa mereka tidak memiliki kesabaran dan tidak ada kepuasan di hati mereka dan saya meninggalkan mereka yang sabar dan puas diri dengan kebaikan dan kekayaan yang telah Allah masukkan ke dalam hati mereka dan 'Amr bin Taghlib adalah salah satunya." 'Amr menambahkan, Demi Allah! Kata-kata Rasul Allah itu lebih dicintai bagiku daripada unta-unta merah terbaik.
Konteks dan Kesempatan Hadis
Riwayat ini dari Sahih al-Bukhari 923 mengungkapkan insiden mendalam di mana Nabi Muhammad (ﷺ) membagikan rampasan perang atau sedekah secara tidak merata di antara para sahabat, menyebabkan beberapa merasa diabaikan. Penjelasan Nabi selanjutnya menunjukkan kebijaksanaan ilahi dalam kepemimpinan dan pemahaman psikologi manusia.
Komentar Ulama tentang Kebijaksanaan Distribusi
Ulama klasik seperti Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari menjelaskan bahwa distribusi Nabi tidak didasarkan pada preferensi pribadi tetapi pada penilaian spiritual. Mereka yang menerima lebih banyak secara spiritual lebih lemah dan membutuhkan penguatan materi untuk tetap teguh dalam iman.
Imam al-Qurtubi mencatat bahwa ini menunjukkan bahwa pemimpin Islam dapat mendistribusikan dana publik secara tidak merata ketika mempertimbangkan manfaat yang lebih besar (maslaha) dan kondisi spiritual penerima, bukan hanya kasih sayang pribadi.
Keunggulan Kesabaran dan Kepuasan
Pernyataan Nabi menyoroti peringkat superior mereka yang memiliki kesabaran (sabr) dan kepuasan (qana'ah). Ulama seperti Imam al-Nawawi menekankan bahwa puas dengan ketetapan Allah adalah setengah dari iman, dan mereka yang memiliki kualitas ini telah mencapai kekayaan spiritual yang besar.
Penyebutan khusus Amr bin Taghlib menunjukkan bahwa pengakuan atas keadaan spiritual seseorang oleh Nabi lebih berharga daripada harta duniawi, sebagaimana dibuktikan oleh preferensi Amr terhadap kata-kata Nabi daripada unta merah (harta paling berharga).
Pelajaran Kepemimpinan dan Kebijaksanaan Ilahi
Ibn Rajab al-Hanbali menjelaskan bahwa hadis ini mengajarkan bahwa pemimpin harus mempertimbangkan realitas tersembunyi dari hati orang, bukan hanya keadaan yang tampak. Pendekatan Nabi menunjukkan bahwa kadang-kadang menahan dari yang kuat hati adalah kehormatan yang lebih besar daripada memberi kepada mereka.
Insiden ini juga menunjukkan transparansi Nabi dalam pemerintahan - secara terbuka menjelaskan alasannya daripada membiarkan para sahabat berspekulasi, sehingga mencegah fitnah dan memperkuat kepercayaan komunitas.