حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنْ أَنَسٍ،‏.‏ وَعَنْ يُونُسَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَخْطُبُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِذْ قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلَكَ الْكُرَاعُ، وَهَلَكَ الشَّاءُ، فَادْعُ اللَّهَ أَنْ يَسْقِيَنَا‏.‏ فَمَدَّ يَدَيْهِ وَدَعَا‏.‏
Terjemahan
Riwayat Anas

Ketika Nabi (صلى الله عليه وسلم) sedang menyampaikan Khutba pada hari Jumat, seorang pria berdiri dan berkata, "Wahai Rasul Allah! Ternak dan domba-domba sedang sekarat, jadi berdoalah kepada Allah untuk hujan." Maka dia (Nabi) mengangkat kedua tangannya dan memohon kepada Allah (untuk itu).

Comment

Insiden Doa Hujan

Narasi ini dari Sahih al-Bukhari 932 menunjukkan ketepatan waktu di mana Nabi Muhammad (ﷺ) menanggapi kebutuhan komunitasnya. Saat menyampaikan khutbah Jumat - momen suci pengajaran agama - dia tidak menunda menanggapi permintaan mendesak ini mengenai kekeringan dan ternak yang mati.

Komentar Ilmiah tentang Menginterupsi Khutba

Ulama klasik mencatat bahwa meskipun umumnya seseorang tidak boleh menginterupsi khutbah Jumat, insiden ini menetapkan pengecualian untuk masalah kesejahteraan publik yang mendesak (maslaha). Para Sahabat memahami bahwa beberapa situasi memerlukan perhatian segera, bahkan selama pertemuan keagamaan.

Imam al-Nawawi berkomentar dalam Sharh Sahih Muslim-nya bahwa interupsi ini diizinkan karena parahnya situasi kekeringan, yang mengancam kehidupan manusia dan hewan, membentuk kebutuhan yang sesungguhnya (darura).

Metode Doa

Pengangkatan kedua tangan Nabi menunjukkan etiket yang tepat (adab) untuk membuat doa yang sungguh-sungguh. Ulama seperti Ibn Hajar al-Asqalani mencatat dalam Fath al-Bari bahwa mengangkat tangan sangat ditekankan dalam doa minta hujan (istisqa'), karena itu menunjukkan ketergantungan sepenuhnya kepada Allah dan memperkuat ketulusan permintaan.

Keputusan Hukum yang Diambil

Dari hadis ini, ahli hukum menyimpulkan bahwa Imam dapat menjeda khutbahnya untuk menangani kebutuhan komunitas yang mendesak. Namun, ini tidak boleh menjadi praktik rutin dan disediakan untuk keadaan darurat yang sesungguhnya.

Mazhab Hanafi khususnya menekankan bahwa meskipun menanggapi hal mendesak diizinkan, interupsi harus singkat dan langsung terkait dengan kebutuhan yang ada, setelah itu khutbah harus dilanjutkan secara normal.

Pelajaran Spiritual

Insiden ini mengajarkan Muslim tentang keseimbangan antara ritual agama dan menangani masalah dunia nyata. Tanggapan segera Nabi menunjukkan bahwa Islam peduli pada kesejahteraan spiritual dan material, dan bahwa doa kepada Allah adalah solusi utama untuk semua kesulitan.