Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Allah mengampuni pengikut-pengikutku, orang-orang (perbuatan jahat) yang dapat dibisikkan atau disarankan kepada mereka selama mereka tidak bertindak (terhadapnya) atau berbicara."
Teks Hadis
Nabi (ﷺ) bersabda, "Allah mengampuni pengikutku atas (perbuatan jahat) yang mungkin dibisikkan atau disarankan oleh jiwa mereka kepada mereka selama mereka tidak bertindak (atasnya) atau berbicara."
Referensi: Sahih al-Bukhari 6664 | Kitab: Sumpah dan Nazar | Penulis: Sahih al-Bukhari
Komentar tentang Makna
Hadis mulia ini mengandung rahmat yang besar dari Allah kepada orang-orang beriman. "Bisikan" (al-khawātir) merujuk pada pikiran yang berlalu dan saran jahat yang muncul di hati dari keinginan dasar jiwa atau dari bisikan setan.
Pengampunan Allah mencakup pikiran-pikiran tak disengaja ini selama mereka tetap hanya kejadian internal yang tidak ditindaklanjuti dengan anggota tubuh maupun diungkapkan melalui ucapan. Ini menunjukkan keluasan rahmat ilahi dan prinsip bahwa seseorang hanya bertanggung jawab atas apa yang sengaja dipilihnya.
Penjelasan Ilmiah
Imam Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam Fath al-Bari bahwa hadis ini menunjukkan perbedaan antara pikiran tak disengaja dan tindakan yang disengaja. Jiwa manusia secara alami mengalami berbagai pikiran, dan Islam tidak membebani orang beriman dengan apa yang tidak dapat mereka kendalikan.
Para ulama menjelaskan bahwa bertindak atas bisikan mencakup tindakan fisik dan ekspresi verbal. Hanya menghibur pikiran buruk tanpa tekad atau tindakan tidak menimbulkan dosa. Prinsip ini memberikan kenyamanan kepada orang beriman yang mungkin mengalami pikiran yang tidak diinginkan, mengingatkan mereka akan pengampunan Allah yang komprehensif.
Implikasi Praktis
Ajaran ini mendorong orang beriman untuk fokus mengendalikan tindakan dan ucapan mereka daripada merasa bersalah atas pikiran yang berlalu. Ini mengajarkan bahwa kesempurnaan spiritual terletak bukan pada menghilangkan semua pikiran negatif, tetapi pada menolaknya melalui kemauan dan tindakan.
Hadis ini juga menekankan pentingnya menjaga lidah dan anggota tubuh dari perbuatan dosa. Sementara pikiran mungkin datang tanpa disengaja, orang beriman diberi pahala karena menolaknya dan memilih kebenaran dalam perilaku lahiriah mereka.