Rasulullah SAW bersabda, “Jika anak Adam memiliki lembah yang penuh emas, dia ingin memiliki dua lembah, karena tidak ada yang memenuhi mulutnya kecuali debu. ﷺ Dan Allah mengampuni orang yang bertaubat kepada-Nya.”
Teks dan Konteks Hadis
"Jika anak Adam memiliki lembah penuh emas, dia akan menginginkan dua lembah, karena tidak ada yang memenuhi mulutnya selain debu. Dan Allah mengampuni siapa yang bertobat kepada-Nya." (Sahih al-Bukhari 6439)
Hadis yang mendalam ini dari bab "Melembutkan Hati (Ar-Riqaq)" dalam Sahih al-Bukhari membahas sifat alami keserakahan manusia dan rahmat Allah yang tak terbatas.
Analisis Sifat Manusia
Frasa "lembah penuh emas" melambangkan harta duniawi. Nabi (ﷺ) mengungkapkan bahwa keinginan manusia tidak pernah puas - bahkan kekayaan yang melimpah tidak memuaskan, karena seseorang segera menginginkan lebih.
"Tidak ada yang memenuhi mulutnya selain debu" adalah metafora yang kuat yang menunjukkan bahwa meskipun semua perolehan duniawi, kematian tidak terhindarkan dan hanya tanah yang akan memenuhi mulut di kubur, mengingatkan kita pada kembalinya kita yang terakhir kepada Allah.
Implikasi Spiritual
Riwayat ini berfungsi sebagai peringatan keras terhadap cinta harta dan keterikatan duniawi, yang dapat mengalihkan perhatian dari mengingat Allah dan mengejar Akhirat.
Hadis ini mendiagnosis penyakit keserakahan manusia sambil secara bersamaan meresepkan obatnya - tobat yang tulus (tawbah).
Rahmat Ilahi dan Tobat
Frasa penutup "Dan Allah mengampuni siapa yang bertobat kepada-Nya" menunjukkan rahmat Allah yang tak terbatas. Meskipun kelemahan manusia, pintu tobat tetap terbuka hingga kematian.
Para ulama menekankan bahwa tobat yang sejati memerlukan: meninggalkan dosa, menyesali tindakan masa lalu, dan tekad kuat untuk tidak kembali kepadanya.
Pelajaran Praktis
Ajaran ini mendorong kepuasan (qana'ah) dengan apa yang telah Allah berikan dan fokus pada kekayaan spiritual daripada akumulasi materi.
Ini mengingatkan orang beriman untuk secara teratur menilai hubungan mereka dengan harta duniawi dan terus-menerus berpaling kepada Allah dalam tobat, menyeimbangkan antara menikmati rezeki yang halal dan menghindari keterikatan berlebihan.