حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ، حَدَّثَنَا أَبُو حَصِينٍ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Abu Huraira

Rasulullah SAW bersabda, “Kekayaan bukanlah memiliki banyak harta, melainkan kekayaan (benar) adalah perasaan kecukupan dalam jiwa.” ﷺ

Comment

Teks dan Referensi Hadis

Nabi (ﷺ) bersabda, "Kekayaan bukanlah memiliki banyak harta, melainkan (sejati) kekayaan adalah merasakan kecukupan dalam jiwa."

Sumber: Sahih al-Bukhari 6446 | Kitab: Untuk Melembutkan Hati (Ar-Riqaq)

Analisis Linguistik

Istilah Arab "ghina" (kekayaan) secara tradisional merujuk pada kelimpahan materi, tetapi Nabi mendefinisikannya kembali sebagai "ghina al-nafs" - kepuasan jiwa. Kata "nafs" (jiwa) mencakup seluruh keberadaan seseorang - keadaan spiritual, psikologis, dan emosional.

Makna Inti dan Kebijaksanaan

Hadis ini merevolusi pemahaman tentang kekayaan, mengalihkan fokus dari akumulasi eksternal ke pemenuhan internal. Kekayaan sejati tidak terletak pada apa yang dimiliki seseorang, tetapi pada apa yang menguasai hatinya - kepuasan dengan ketetapan ilahi (qadar) dan rasa syukur atas berkah.

Nabi mengajarkan bahwa orang kaya adalah dia yang jiwanya puas, terlepas dari keadaan materi. Kepuasan ini melindungi dari keserakahan, iri hati, dan pengejaran duniawi yang tak berujung.

Implikasi Spiritual

Ketika jiwa menemukan kecukupan dalam Allah, ia menjadi independen dari ciptaan. Orang seperti itu benar-benar bebas - tidak diperbudak oleh keinginan atau keterikatan duniawi. Keadaan ini mencerminkan bentuk tertinggi kepercayaan pada penyediaan ilahi (tawakkul).

Hadis ini mendorong pengembangan "qana'ah" (kepuasan) - stasiun spiritual di mana seseorang menerima apa yang cukup tanpa mengingini apa yang dimiliki orang lain.

Aplikasi Praktis

Para ulama menjelaskan bahwa ajaran ini tidak melarang penghasilan yang halal, tetapi mengarahkan kembali hubungan seseorang dengan kekayaan. Orang beriman bekerja untuk penghidupan sambil menjaga hati terlepas, menyadari bahwa nilai sejati terletak pada kekayaan spiritual.

Pemahaman ini mengubah kemiskinan menjadi kekayaan dan kekayaan menjadi kemiskinan berdasarkan keadaan spiritual daripada kondisi materi.