حَدَّثَنَا عَبْدَانُ، أَخْبَرَنَا أَبِي، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ أَشْعَثَ، قَالَ سَمِعْتُ أَبِي قَالَ، سَمِعْتُ مَسْرُوقًا، قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ ـ رضى الله عنها ـ أَىُّ الْعَمَلِ كَانَ أَحَبَّ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَتِ الدَّائِمُ‏.‏ قَالَ قُلْتُ فَأَىَّ حِينٍ كَانَ يَقُومُ قَالَتْ كَانَ يَقُومُ إِذَا سَمِعَ الصَّارِخَ‏.‏
Terjemahan
Narasi `Aisha

Tindakan yang paling disukai oleh Rasulullah (ﷺ) adalah orang yang melakukannya terus-menerus dan teratur.

Comment

Keunggulan Ibadah yang Konsisten

Hadis ini dari Sahih al-Bukhari 6462, yang terdapat dalam buku "Untuk Melembutkan Hati (Ar-Riqaq)", mengajarkan kita bahwa amalan yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad (ﷺ) adalah yang dilakukan dengan kelangsungan dan keteraturan, meskipun jumlahnya kecil.

Komentar Ulama tentang Keteguhan dalam Ibadah

Imam Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam Fath al-Bari bahwa konsistensi dalam ibadah lebih unggul daripada intensitas yang sporadis karena mencerminkan keikhlasan, menciptakan disiplin spiritual, dan menjadi tertanam dalam karakter seseorang. Nabi (ﷺ) menekankan tindakan yang moderat tetapi teratur yang dapat dipertahankan sepanjang hidup.

Al-Nawawi berkomentar bahwa prinsip ini berlaku untuk semua bentuk ibadah - shalat, sedekah, puasa, dan zikir kepada Allah. Amalan kecil yang dilakukan secara konsisten lebih dicintai oleh Allah daripada amalan besar yang ditinggalkan setelah antusiasme awal, karena konsistensi menunjukkan komitmen sejati kepada Sang Pencipta.

Implementasi Praktis

Para ulama menyarankan untuk memilih praktik ibadah sesuai dengan kemampuan seseorang daripada membebani diri sendiri. Seperti yang dilaporkan Aisyah (RA): "Nabi (ﷺ) ditanya, 'Amalan apa yang paling dicintai Allah?' Beliau berkata, 'Amalan yang paling teratur dan konstan meskipun mungkin kecil.'" Kebijaksanaan ini mencegah kelelahan spiritual dan memastikan koneksi seumur hidup dengan Yang Ilahi.