حَدَّثَنَا عَبْدَانُ، أَخْبَرَنَا أَبِي، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ أَشْعَثَ، قَالَ سَمِعْتُ أَبِي قَالَ، سَمِعْتُ مَسْرُوقًا، قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ ـ رضى الله عنها ـ أَىُّ الْعَمَلِ كَانَ أَحَبَّ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَتِ الدَّائِمُ‏.‏ قَالَ قُلْتُ فَأَىَّ حِينٍ كَانَ يَقُومُ قَالَتْ كَانَ يَقُومُ إِذَا سَمِعَ الصَّارِخَ‏.‏
Terjemahan
Narasi `Aisha

Rasulullah SAW bersabda, “Lakukanlah amal yang baik dengan benar, tulus dan secukupnya, dan terima kabar baik karena perbuatan baik seseorang tidak akan membuatnya masuk surga.” ﷺ Mereka bertanya, “Bahkan kamu, wahai Rasulullah (ﷺ)?” Musa berkata: “Bahkan aku, kecuali dan sampai Allah menganugerahkan ampunan dan rahmat-Nya kepadaku.”

Comment

Teks dan Konteks Hadis

Nabi (ﷺ) bersabda, "Lakukan amal kebaikan dengan benar, tulus, dan sederhana, dan terima kabar gembira karena amal kebaikan seseorang tidak akan membuatnya masuk Surga." Mereka bertanya, "Bahkan Anda, Wahai Utusan Allah (ﷺ)?" Beliau bersabda, "Bahkan saya, kecuali dan sampai Allah menganugerahkan pengampunan dan Rahmat-Nya kepada saya." (Sahih al-Bukhari 6467)

Komentar tentang Instruksi Pembuka

"Lakukan amal kebaikan dengan benar" (Ikhlas) berarti melakukan perbuatan murni untuk Allah tanpa pamer. "Tulus" (Sidq) menunjukkan kejujuran dalam niat dan tindakan. "Sederhana" (Qasd) merujuk pada ibadah yang konsisten dan seimbang tanpa ekstremisme yang menyebabkan kelelahan.

Pernyataan yang Mendalam

Pernyataan "amal kebaikan seseorang tidak akan membuatnya masuk Surga" tampak paradoks tetapi mengandung kebijaksanaan yang dalam. Ini mengajarkan bahwa tidak ada perbuatan, betapapun hebatnya, yang dapat mewajibkan Allah untuk memberikan Surga. Masuk akhirnya melalui Rahmat Ilahi, bukan semata-mata jasa manusia.

Pertanyaan dan Tanggapan Sahabat

Ketika Sahabat bertanya "Bahkan Anda, Wahai Utusan Allah?" mereka menunjukkan penghormatan mereka kepada Nabi. Tanggapan-Nya "Bahkan saya" merendahkan semua ciptaan, menunjukkan bahwa bahkan manusia paling sempurna bergantung sepenuhnya pada rahmat Allah, bukan pada kesempurnaannya sendiri.

Wawasan Ilmiah

Imam Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan bahwa hadis ini menggabungkan harapan dan ketakutan - kita berusaha dalam amal kebaikan sambil menyadari ketergantungan akhir kita pada pengampunan Allah. Amal kebaikan menjadi sarana melalui mana Allah menganugerahkan rahmat-Nya, bukan harga untuk Surga.

Implikasi Praktis

Ajaran ini mencegah kesombongan spiritual dan mempertahankan ketergantungan yang tepat pada Allah. Ini mendorong amal kebaikan yang konsisten sambil menumbuhkan kerendahan hati. Orang beriman bekerja dengan rajin namun menyadari bahwa kesuksesan datang dari karunia Allah, bukan pencapaian pribadi.